Berkenalan dengan Jonathan Ive, Expert Designer Apple

Siapa yang ngga’ kenal sama Apple.inc. Produsen produk elektronik besar yang produknya sangat influentif. Lewat produk-produknya seperti mac Book, iPhone, iPod, iPad dan banyak lagi, apple membuat banyak konsumennya jadi fanatik dan cinta mati sampe ke turunan-turunan produknya. Dengan segala fitur yang human integrated banget, produk-produk Apple bukan hanya compatible dengan berbagai kepentingan konsumennya, tapi juga membentuk segmentasi pasar dan strata tertinggi bagi usernya. Kombinasi yang sinergis antara teknologi dan product shape memegang peranan penting membentuk fanatisme konsumennya ini.

Salah satu orang dibalik kesuksesan produk – produk apple adalah Jonathan Ive berusia 44 tahun asal Essex, Inggris. Merupakan salah satu orang penting di Apple. Tiga tahun lalu, Ive menandantangani kontrak tentang dokumen saham. Kini dia mengantongi saham dari Apple senilai 25 juta poundsterling. Sementara saat membeli saham itu, ‘hanya’ seharga 7 juta poundsterling. Sudah pasti Ive sekarang menuai keuntungan. Pundi-pundi uangnya pun semakin banyak. Saham itu dijalankan Apple dengan tujuan untuk mempertahankan staf kunci, agar tetap bekerja di Silicon Valley, California.

Jonathan Ive dan Macbook Air prototype

Itulah tradisi Apple. Manajemen akan mempertahankan orang-orang penting yang bisa mendongkrak posisi Apple di kancah industri teknologi komunikasi terkemuka di dunia. Ive adalah salah satunya.  Dialah yang menciptakan desain produk Apple yang selalu ramping, bergaya, dan berkelas. Satu dekade lalu, Apple hampir di ambang kebangkrutan. Namun perusahaan milik Steve Jobs ini kini menjadi salah satu  perusahaan terkemuka di dunia. Karya terbaru iPad 2 yang akan diluncurkan 2 Maret mendatang di San Francisco merupakan hasil desain Ive. Dengan desain ramping, dan kamera yang terpasang di depan menjadi salah satu nilai jual.

Alumni jurusan seni rupa dan desain Newcastle Polytechnic ini awalnya membuat desain konsultan yang diberi nama Tangerine dan mengerjakan berbagai desain produk mulai dari perkakas hingga TV sebelum direkrut sama Apple tahun 1992 dikantor pusatnya di Cupertino. Dibawah pengawasan Steve Jobs, pendirinya Apple, Ive mendesain iMac dan yang laku 2 juta unit ditahun pertama dengan memperkenalkan warna dan cahaya pada dunia komputer yang menjemukan. Ive dan tim-nya menerapkan pola pikir terkini dan gairah dalam mengolah detail produk yang inovatif sejak saat itu.  Dan ciri khas dari rancangan Ive selalu ditulis dirancang oleh Apple di California. Namun belakangan tersiar kabar, Ive ingin kembali ke Inggris. Ia ingin bolak-balik antara Somerset dan Silicon Valley.

Alasannya, Ive ingin membesarkan anak-anaknya di Inggris. Dia ingin kedua anak kembarnya mendapat pendidikan di Inggris. Seperti dilaporkan The Sunday Times, dewan Apple menolak rencana Ive itu. Dia harus berada di Silicon Valley. Sementara seorang sumber menyebutkan, Ive terlalu berharga bagi Apple. Bila Ive kembali ke Inggris, Apple tidak mampu mempertahankan posisinya. Sejak bergabung dengan Apple pada 1992 sampai sekarang, Ive telah memiliki rumah di San Fransicso dan Hawaii. Kekayaan yang dimilikinya saat ini sebesar 80 juta poundsterling meningkat tajam dari sebelumnya yang ‘hanya’ 18 juta poundsterling.

Jonathan Ive

Ive tertarik membuat berbagai barang sejak kecil, tidak peduli barang tersebut telah didesain sebelumnya, jika telah sampai ketangannya, barang-barang tersebut mulai di otak-atik. Kemudian, minatnya ini berkembang menjadi keingin tahuan bagaimana sebuah produk dibuat, bagaimana cara kerjanya, bentuk dan materialnya. Ive mulai ingin menggambar dan memproduk sejak umurnya 13 tau 14 tahun, walaupun belum tau ingin mendesain apa tapi Ive sangat tertarik pada benda-benda seperti mobil, produk-produk, furniture, perhiasan dan kapal. Setelah mengunjungi beberapa konsultan desain Ive memutuskan bahwa desain produk merupakan pondasi yang bagus dan paling global bagi cita-citanya. Ive mulai sekolah seni dan desain dan kuliah di Newcastle Polytechnic. Ive menemukan hal mendasar bahwa bentuk dan warna mempengaruhi persepsi akan sebuah objek, walaupun objek tersebut tidak bertujuan seperti itu. Ive belajar dasar bagaimana membuat sebuah produk dan mulai mengerti sejarah dan konteks budaya desain sebuah objek.

Karya - karya Jonathan Ive

Ive lahir di London dan menghabiskan masa kecilnya disana, mulai mendalami desain dan bersekolah di Newcastle Polytechnic (Northumbria University sekarang) sejak tahun 1985, kemudian pindah ke San Francisco untuk bergabung dengan Apple design team, Ive diangkat menjadi vice-president of industrial design di Apple sejak 1998, memperkenalkan Apple iBook 22″ Cinema Display, PowerMac G4 Tower dan iSub tahun 1999. Ditahun 2000 meluncurkan Apple G4 Cube. Titanium PoweBook G4, iPod portable MP3 player, iMac 15″ dan 17″ floating screen, eMac; iMac Version bagi sektor edukasi hingga akhirnya Ive diangkat menjadi senior vice presiden of design dan meluncurkan Mac Mini di tahun 2005, dianugrahi penghargaan CBE, menerima peghargaan desain nasional dalam kategori desain produk untuk desainya bagi iPhone, menerima MDA personal achievment award dari desain museum di tahun 2008.

Waktu kuliah Ive sangat bermasalah waktu menggunakan komputer, Ive sangat frustasi waktu mesti menggunakan komputer buat keperluan ngedesain. Lalu Ive menemukan Mac lalu sangat bergembira karna sangat lebih mudah digunakan dibandingin produk yang lain. Ive merasakan banyak hal yang diperhatikan pada produk Mac dalam integrasinya dengan user, Ive merasakan ada semacam koneksi antara dia dan desainer Mac melalui produk tersebut. Kemudian Ive mulai mencari tau tentang perusahaan tersebut, bagaimana didirikannya, nilai2 didalam hingga strukturnya. Bertahan melalui berbagai krisis, Ive menemukan Apple bertahan dengan cara belajar bagaimana produk diciptakan bukan hanya untuk mencari uang semata.

Ditahun 1990 awal, Ive kembali ke London dan bekerja untuk klien-kliennya yang berasal dari Jepang, US, dan Eropa di Tangerine. Apple mencari konsultan desain dan memilih bekerjasama dengan Ive. Ive ditawarkan kesempatan yang baik dan menjadi sangat gugup karna takut akan mengecewakan Apple, saat itu Ive tidak pernah berpikir akan bekerja dan menghasilkan output yang menggembirakan sebagai bagian dari perusahaan tersebut.

Saat Ive bergabung dengan Apple, perusahaan tersebut dalam kondisi yang kurang baik. Sepertinya perusahaan tersebut kehilangan identitas dan tujuan, namun tetap dalam usahanya mengejar arah yang jelas dan berbeda dengan perusahaan lain, desain dan inovasi adalah dua bagian paling penting didalamnya tak pernah berubah.

Menurut Ive, mungkin akan sangat merepotkan jika semua ke-efektifan diartikan secara kontekstual. Bukan hanya soal pentingnya pengertian pimpinan tentang produk dan proses desainnya namun juga tentang bagaimana mengembangkannya, memasarkannya dan penjualannya juga harus dalam satu komitmen pada satu tujuan tersebut. Ive lebih sadar bahwa pencapaian sebuah desain juga sangat tergantung pada komitmen banyak team lain untuk memecahkan berbagai masalah untuk mencapai satu tujuan. Ive suka menjadi part yang lebih besar dari sekedar mendesain. Namun, perasaan sangat dibutuhkan kadang-kadang juga menjadi beban sebagai konsekuensi terhadap apa yang dia lakukan.

Bagi Ive, mendesain sebuah sistem yang artinya merupakan sebuah turunan dari sebuah produk seperti pada iPod misalnya, Ive juga mendesain produk-produk lain pendukung iPod tersebut merupakan hal yang menyenangkan. Kesempatan unutk melakukan pengembangan produk yang mengimplikasi desain merupakan hal yang tak ternilai.
Sudah sejak 1970 Apple membicarakan tentang irisan antara teknologi dan estetika. Bagi Ive kualitas produk merupakan konsekuensi dari tujuan yang lebih besar dari apa yang Apple capai dari apa yang mereka mulai. Pengertian kualitas adalah tentang kegunaan: kemudahan dan simplicity. menjaga keseimbangan antara fungsi2 penting dan pengetahuan tentang bahwa produk berkembang jauh dari sekedar menjamin fungsi-fungsinya secara tradisional.

Jonathan Ive merupakan salah satu dari banyak desainer produk yang memiliki talenta dan kesempatan yang baik untuk mencapai progress hingga sebesar saat ini. Meski kita mungkin hanya baru memiliki poin yang pertama, jangan berhenti berkarya karna kesempatan yang baik tak pernah datang cuma-cuma.

Written by Ardy Messi

Work in PR agency, Strategic Planner wannabe, a bikers, a cyclist, music and movie freak, Barca fans.

Masjid Cheng Ho: Bukti Keragaman dan Toleransi Budaya

Butik yang Merakyat di Bandung