Tahukah Kamu Seberapa Cepat Kita Berputar pada Poros Bumi?

Hutomo Dwi

Bumi tidak diam. Planet ini terus berputar pada porosnya. Rotasi bumi mengontrol aktivitas manusia mengikuti gelap dan terang, membagi kehangatan Matahari ke seluruh belahan dunia. Saat rotasi, semua yang ada di Bumi ikut bergerak, dari barat ke timur. Namun, pernahkah terlintas dalam pikiran kamu, seberapa cepat kita berputar?

Ketika kita bersantai di depan televisi, mengerjakan pekerjaan sehari-hari, melamun, berpikir, bahkan tidur, sejatinya Bumi terus berputar dalam kecepatan yang ‘memusingkan’. Kecepatan rotasi di setiap tempat di bumi berbeda. Untuk yang berada di Inggris, kecepatan rotasinya adalah 600 mil per jam (mph) atau 965 km perjam.

Kini, dengan menggunakan grafik khusus, setiap orang bisa mencari tahu di mana garis lintang lokasi di mana kita berada beririsan dengan kurva hitam, untuk menentukan kecepatan dalam putaran kosmis.

Grafik tersebut diciptakan oleh Seth Kadish yang berasal dari Oregon, Amerika Serikat. Tujuannya, menemukan sesuatu yang bisa digunakan semua orang untuk merenungkan eksistensi mereka dalam arti luas. Grafik tersebut menyebut, kecepatan sebuah area di planet ini bergerak bervariasi antara 150 sampai 1.050 mil per jam.

“Pada dasarnya, aku seorang geolog yang mencintai matematika,” kata Kadish seperti dimuat Daily Mail, Rabu (18/2/2015). “Sesekali, aku berpikir tentang eksperimen menyenangkan, sebuah kalkulasi terkait alam,” lanjutnya.

Namun, grafis ini tidak memperhitungkan pergerakan Bumi mengelilingi Matahari  yang memiliki kecepatan orbital sekitar 67.000 mil per jam.

“Kesalahan terbesar mungkin dalam penentuan lokasi, di mana Anda harus memperkirakan lokasi Anda pada kurva berdasarkan pada tempat Anda tinggal, lalu membaca berapa kecepatan rotasi pada sumbu-x,” tambah Kadish.

Misalnya, sebuah benda di khatulistiwa menempuh perjalanan sekali keliling lingkar Bumi dalam jarak sekitar 24.901 mil atau 40.075 kilometer per hari.

Untuk menghitung kecepatan, Kadish membagi jarak itu dengan 24 jam. Hasilnya adalah 1.040 mph. Setelah itu, kecepatan rotasi dihitung dengan mengalikan kecepatan di khatulistiwa dengan kosinus dari lintang pada titik tertentu.

Perhitungan tersebut mengasumsikan bahwa Bumi adalah bola yang sempurna. Tentu saja, faktanya tak demikian. Selain itu, rotasi bumi tak berlangsung 24 jam penuh, melainkan 23 jam dan 56 menit.

Ada juga beberapa variasi kecepatan dikaitkan dengan ketinggian lokasi tertentu, tetapi efeknya sangat kecil. “Jika secara hipotesis, Puncak Gunung Everest dan bagian terdalam dari Palung Mariana keduanya terletak di sepanjang khatulistiwa, perbedaan kecepatan tangensial disebabkan oleh perbedaan ketinggian 12,3 mil hanya sekitar 3 mil per jam,” kata Kadish.

Lalu mengapa kecepatan rotasi Bumi tidak dirasakan manusia?  Itu berkat gaya gravitasi bumi.

Setelah membayangkan kecepatan kita dalam rotasi, bagaimana jadinya jika Bumi berhenti berputar? “Yang terjadi adalah kekacauan total, semuanya berantakan,” kata Louis Bloomfield, fisikawan dari University of Virginia seperti dimuat situs sains Life’s Little Mysteries. Sebagian besar manusia akan tenggelam, mati lemas, tewas terpanggang atau beku. Kabar baiknya: itu tak berarti kiamat. Sebagian manusia yang kebetulan tinggal di 4 bagian kecil Bumi akan selamat, bahkan berevolusi dengan cepat sebagai respon dari perubahan lingkungan yang dramatis.

Jika berhenti berputar, bagian Bumi yang padat tak lantas berpendar. Yang paling terpengaruh adalah bagian lautan. “Lautan akan bergeser dari katulistiwa ke arah kutub, meninggalkan tulang kering permukaan bumi di dekat khatulistiwa. Sementara  wilayah kutub akan tenggelam,” kata Bloomfield.

Demikian pula dengan atmosfer, menebal di wilayah kutub dan menipis di katulistiwa. Hanya mahluk hidup di pertengahan garis lintang mendapatkan tekanan atmosfer yang tepat untuk tetap hidup. (tom)

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.