Bagaimana jika kamu kehilangan uang 200 juta rupiah? Apakah yang akan kamu rasakan? Bingung, ingin menangis, lemas atau bahkan ingin pingsan?
Begitulah kira-kira yang dirasakan Adrian Quinn, seorang pengusaha penjual mobil yang ketika itu tergesa-gesa menuju lokasi lelang kendaraan, British Car Auctions di Walsall, Inggris.
Dilansir dari news.com.au, karena kereta yang membawanya dari Herefoar terlambat, menyebabkan Quinn tidak bisa menyimpan uang yang ia bawa sebagai deposit seperti biasanya. Maka ia terpaksa harus membawa tas berisi uang tunai.
Uang yang dibawa Quinn bukan jumlah yang sedikit, yakni 10 poundsterling atau sekitar 200 juta rupiah, yang merupakan warisan dari sang ibu yang meninggal pada Oktober 2014 lalu.
Kemudian Quinn menaiki taksi dan meminta untuk diantar ke Green Lane. Setelah sampai dan membayar ongkos taksi sebesar 6,3 poundsterling atau setara dengan 121 ribu rupiah, Quinn bergegas turun dan meninggalkan tasnya yang berisi uang tunai tersebut.
Bukan dengan sengaja, melainkan Quinn tidak sadar hal tersebut telah terjadi karena ia diburu waktu. Quinn baru menyadarinya ketika ia menyebrangi parkiran dan melihat tasnya tak ada digenggaman.
Quinn merasa sangat panik, karena jika ia kehilangan uang tersebut, itu merupakan tanda kehancuran usaha yang telah ia jalani dari nol sejak 9 tahun yang lalu. Pria 46 tahun ini menceritakan bahwa ia merintis usaha yang ia jalani saat ini dengan susah payah, dan mereka menjalankan usaha tunggal tanpa menerima pinjaman dari bank.
Quinn segera kembali ke pangkalan taksi dekat stasiun. Ia beruntung karena menaiki taksi yang disupir oleh Mohamed Nisar berusia 55 tahun. Nisar yang telah 15 tahun menjadi supir taksi ini ternyata memiliki sikap terpuji yang luar biasa.
Dengan cepat Quinn mengambil tasnya yang masih tergeletak di kursi penumpang belakang dan tidak perpindah. Ia mengecek tasnya dan ternyata uang yang ada di dalam tas itu masih utuh.
Bukan karena Nasir tidak tahu bahwa tas tersebut berisi uang, namun memang telah menjadi kebiasaan Nasir bahwa untuk tidak mengambil barang-barang yang bukan miliknya. Bahkan, Nasir juga menghimbau supir taksi yang lain untuk mengembalikan barang -barang yang tidak sengaja ditinggalkan penumpang.
Menurut Nasir, harta yang dihasilkan dari ketidakjujuran tidak akan membawa berkah. Jika ada barang tertinggal di taksi tumpangannya, Nasir akan menunggu pemiliknya kembali. Jika 24 jam tidak ada yang mengklaim barang tersebut, ia akan mengantarnya ke kantor polisi.
Sebagai ucapan terimakasih atas kejujuran Nisar, Quinn menyerahkan uang dalam amplop bertuliskan ‘to my best friend’, dan bahkan Quinn mengundang Nasir untuk makan malam bersama dengan keluarganya.
Kisah di atas mengajarkan kita untuk menjujung arti kejujuran dan tidak mengambil barang yang bukan milik kita meskipun ada kesempatan. Dari kejujuran dan sikap baiknya, kita justru akan mendapatkan keuntungan yang lain seperti yang dialami oleh Nasir.
(anb)