Kelompok mahasiswa pencinta alam di kota Medan, Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Medan Area (Mapala UMA), baru-baru ini membuat terobosan baru. Pasalnya, mereka berhasil menyulap sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM). Minyak ini nantinya dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak dan penerangan saat kamping atau berkemah.
Salah seorang pengurus Mapala UMA, Hasrul, mengatakan bahwa bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah tersebut diciptakan melalui proses empat tahap, yaitu pengumpulan sampah kering, pembakaran, penyulingan dan hasil.
“Ide ini berawal dari pengumpulan sampah-sampah kering seperti plastik, botol minuman bekas, dan sampah kering lainnya. Kemudian kita jadikan satu di dalam kaleng cat berukuran 25 kilogram,” kata Hasrul di sekretariat Mapala UMA, Jalan Kolam, Medan Estate, Sumatera Utara, dikutip dari Liputan6com.
Meskipun masih belum sempurna, namun hasil karya tersebut telah berhasil menyumbang energi baru untuk bumi. Sampah plastik memang bukan hal yang sulit ditemukan oleh para mahasiswa ini. Karena itulah sampah plastik yang terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam ketel atau tabung yang terbuat dari kaleng bekas.
Kemudian, plastik dipadatkan sampai isi di dalamnya benar-benar penuh. Proses selanjutnya yakni memanaskan hingga suhu 300 derajat Celcius. Setelah satu jam pemanasan, maka lelehan plastik di dalam ketel mulai menguap.
Uap panas tersebut berubah menjadi cairan minyak melewati proses pendinginan. Untuk membuktikan hasil penyulingan minyak, salah seorang mahasiswa menyulutkan api di ujung pipa. Nyala api yang sangat merah membuktikan bahwa minyak yang dihasilkan dari penyulingan masih membutuhkan proses pemurnian kembali.
“Sejak 1,5 tahun terakhir ini anggota kelompok mapala selalu membawa minyak sulingan dari sampah untuk kamping,” kata salah seorang anggota mahasiswa pencinta alam, Fachrizal, seperti dikutip dari WowKerencom, Jumat (24/4/2015). “Kami berharap ada dukungan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk memurnikan minyak plastik ini menjadi minyak tanah atau bahkan pengganti premium.” (tom)