Artistik, berwibawa, plus nyawa yang bersemayam dalam rongganya, begitu ungkapan saat kita berjumpa dengan alat musik yang satu ini. Yap, Biola bukanlah alat musik sembarangan. Alat musik ini telah ada sejak zaman Renaissance. Mampu menghasilkan nada-nada indah yang mampu mengantarkan suasana hati seseorang ke dalam tingkatan tertentu. Tak jarang alat musik empat senar ini sering dijumpai pada pagelaran-pagelaran musik maupun orkestra pementasan opera karena kepandaian suaranya menghipnotis para pendengarnya.
Namun berkilat, melengkung, dingin, dan anggunnya biola ini menjadi tidak berarti apa-apa. Diperlukan seseorang yang membiarkan pundaknya disinggahi oleh alat musik gesek ini agar berbicara. Inilah yang kemudian mengantarkan tim jadiBerita kepada sosok cantik penakluk sang biola itu.
Marcella Kemala atau lebih dikenal sebagai Marcella Violinist adalah dara cantik yang saat ini masih menempuh pendidikan di Prasetiya Mulya Business School, Master of Management. Gadis berusia 25 tahun ini sejatinya adalah seorang dokter namun kecintaannya terhadap biola mengantarkan dirinya kepada aktivitas yang cukup unik, dokter tapi musisi.
Gadis multitalenta ini telah membuktikan kelihaiannya menciptakan bunyi indah di Biola miliknya dengan sejumlah prestasi. 1st winner solo violin competition â??Year of Metamorphosysâ?, 2nd winner National Mozart Violin Competition, dan Runner up Heartline Getsemani Singing Contest 4 National adalah beberapa prestasi bagi gadis pengisi solo violin film “Surga yang Tak Dirindukan” ini.
Di sela kesibukannya yang padat, Marcella menyempatkan diri untuk berbagi pengalamannya kepada jadiBerita. Bertempat di sebuah restoran di bilangan senayan, inilah perbincangan singkat dengan Marcella Violinist khusus untuk pembaca setia jadiBerita.
Cell, bisa kamu ceritakan gimana sih awalnya bisa jadi pemain violin dan dokter sekaligus?
Jadi awalnya setelah lulus SMA saya bingung mau kuliah di mana. Kemudian apply untuk melanjutkan kuliah di luar negeri yakni Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA) di Singapura, Melbourne University di Australia, semuanya jurusan musik, kecuali yang terakhir saya daftar di Atma Jaya jurusan Kedokteran. Meskipun saya diterima untuk ketiga universitas tersebut, namun akhirnya saya memutuskan untuk tetap di Indonesia dan melanjutkan kuliah kedokteran di Atma Jaya.
Apa yang membuatmu memutuskan untuk kuliah di Indonesia dan mengambil jurusan dokter?
Saat itu saya berpikir kalau mengambil jurusan musik maka selamanya saya tidak bisa menjadi dokter, namun kalau mengambil kedokteran, saya masih bisa menjadi musisi.
Menjadi dokter sudah menjadi cita-citamu sejak kecil?
Dulu sebenarnya saya ingin menjadi penyanyi, tapi akhirnya jadi pemain biola.
Oh ya, ngomong-ngomong kenapa sih kamu memilih alat musik biola, kenapa bukan gitar atau piano?
Saat saya ulang tahun ke-6, ayah memberikan saya biola sebagai hadiah. Ia juga adalah seorang musisi. Mungkin jika ia menghadiahkan kunci mobil, saya akan menjadi pembalap saat ini … 🙂
Kemudian gimana cara kamu membagi waktu antara bermain biola dan menjadi dokter?
Menjadi pemain biola dan dokter adalah dua dunia yang berbeda. Untuk bisa membagi waktu saya membuat skala prioritas, yaitu pendidikan nomor satu. Namun karena saya saat ini sedang tesis, banyak waktu luang, sehingga bisa saya bisa terima tawaran untuk bermain biola di mana saja.
Jika suatu hari nanti kamu harus memilih, kamu pilih menjadi musisi atau menjadi dokter?
Hmm.. saya anggap bermain biola itu hanya bagian dari kegiatan tambahan, selebihnya saya lebih fokus ke pendidikan, saya ingin menjadi seorang profesor dan terinspirasi dari dosen-dosen saya.
Sejauh mana dosen-dosen kamu mengubah mindset kamu?
Saya terinspirasi dari seorang pendidik, pikiran pun semakin terbuka. Begitu juga halnya dengan mencari teman, saya mencari teman yang memberikan pengaruh baik buat saya. Untuk sejauh mana, sepertinya sangat menginspirasi, bahkan bisa dibilang menggeser arah hidup saya.
Menurut kamu pribadi peranan pendidikan sejauh apa sih?
Pendidikan itu ibarat mengasah kapak yang akan digunakan untuk menebang pohon. Dengan sekolah yang tinggi, maka kita bisa menebang pohon dengan mudah, atau dalam hal ini menghadapi segala masalah dengan mudah.
Oh ya Cell, Apa sih pencapaian terbesar dalam hidup kamu hingga saat ini?
Sepertinya untuk saat ini saya sedang menuju ke pencapaian terbesar dalam hidup saya karena apa yang sedang saya lakukan saat ini.
Bagaimana dengan pencapaian karir musisi kamu sebagai pemain biola?
Saya tidak kejar target. Namun impian saya adalah saya ingin bisa menginspirasi orang lain, seperti dosen saya telah menginspirasi saya.
Apa rencana kamu 5 tahun ke depan?
Saya ingin mengambil kuliah S3 dan ingin menjadi profesor. Intinya saya masih ingin sekolah mumpung masih muda.
Bagaimana kamu melihat industri musik indonesia khususnya pecinta musik Biola?
Yang namanya selera musik tidak bisa dipukul rata, karena selera musik tiap orang berbeda-beda. Untuk penikmat biola juga memiliki kelasnya sendiri-sendiri, dan bisa memiliki pasarnya sendiri-sendiri.
Adakah cara yang kamu lakukan untuk mempromosikan biola di Indonesia?
Saya rutin mengunggah video saya ke YouTube, ini mungkin cara saya memperkenalkan biola untuk saat ini.
Dengan adanya media sosial bagaimana pengaruhnya untuk kamu?
Besar sekali. Media sosial itu seperti pedang bermata dua, dan tergantung cara kita memakainya. Jika kita memakainya untuk tujuan positif, maka hasil yang kita dapat juga akan positif.
Bagaimana respons mereka (netizen) ke kamu?
Sampai saat ini bagus banget!. Semua followers saya anggap sebagai teman, jadi mereka bisa kapan saja berkomunikasi dengan saya. Saya tidak pernah anggap mereka sebagai fans.
Kemudian untuk pekerjaan yang datang ke kamu, apakah banyak dari media sosial?
Kebanyakan relasi saya itu dari online, job saya juga banyak datang dari relasi-relasi yang saya kenal secara online. Saya sangat terbantu dengan adanya era digital ini.
Apa suka dukanya sih menjadi pemain biola?
Menurut saya dukanya tidak ada. Jika kita mencintai pekerjaan kita, maka kita tidak akan merasa sedang bekerja.
Bagaimana orangtuamu melihat aktivitas kamu sekarang?
Orangtua saya sebenarnya tidak suka jika saya menjadi musisi. Orangtua berharap saya jadi dokter.
Siapa musisi yang paling menginspirasi kamu?
Sosok yang paling menginspirasi saya adalah ayah saya.
Suka merasa jenuh nggak dengan rutinitas kamu saat ini?
Namanya aktivitas yang berulang-ulang pasti ada rasa jenuhnya.
Kalau lagi jenuh gimana cara menghilangkannya?
Bersyukur saja. Kadang ingin refreshing dengan jalan-jalan ke luar negeri sendirian, tapi nggak boleh sama ortu.
Apa pesan kamu ke muda-mudi di Indonesia yang saat ini masih bingung ingin menjadi apa?
Ikuti saja kata hati kamu, kamu ingin menjadi apa.
Ada nggak tips buat temen-temen pembaca jadiBerita yang ingin menjadi seperti kamu?
Caranya harus tekun, dan fokus. Jika ingin jadi musisi, maka harus sering latihan, karena menjadi musisi handal itu tidak bisa instan dan butuh proses.
Terima kasih banget Cell untuk perbincangan yang seru dan menginspirasi ini, sukses terus untuk karir musisi dan profesi dokternya ya.
Yup, sama-sama salam kenal untuk semua pembaca jadiBerita.com.
Jawaban untuk pertanyaan tips tadi menjadi akhir perbincangan jadiBerita dengan Marcella Violinist. Untuk teman-teman jadiBerita yang ingin bertanya langsung bisa mengikuti aktivitas Marcella melalui akun Instagram @marcella_violinist atau tonton aksinya memainkan alat musik biola langsung di channel YouTube miliknya disini. (jow)