Alumni Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Bayu Aji Setiawan (19) berhasil menggemparkan dunia robot internasional. Lewat karyanya menciptakan robot penyerap polutan udara, Bayu diberikan penghargaan khusus dalam kompetisi robot internasional.
Robot ciptaan Bayu itu mampu bekerja mendeteksi pencemaran udara di sekitarnya. Sensor pada robot akan menginformasikan adanya polusi tinggi saat menemukan polutan di udara.
Robot selanjutnya akan menyerap polutan dan melepaskannya kembali ke udara setelah melalui proses pemurnian menggunakan karbon aktif dari tanaman lidah mertua (Sansevieria).
“Ketika robot mendeteksi udara yang berpolusi, otomatis kipas dan blower yang dipasang di robot akan menyala untuk menyerap polusi. Sebelum udara yang diserap itu di keluarkan kembali akan disaring oleh karbon aktif yang terbuat dari Lidah Mertua yang kami ekstrak sampai jadi arang untuk mengikat logam-logam berat dari polutan. Jadi output dari robot itu udara yang bebas logam berat,” jelas Bayu seperti dikutip dari Detikcom, Selasa (29/12/2015).
Karbon aktif dari lidah mertua yang digunakan untuk menyerap polusi udara dibuat dengan memotong-motong tanaman tersebut kemudian memanggangnya selama 6 jam, menumbuknya serta memasukkannya ke dalam larutan Natrium Dehidrogen Fospat (NaH2PO4) konsentrasi 30 persen.
Setelah perendaman dalam larutan tersebut selama sehari semalam, arang diangkat dan dioven lagi selama 1 jam lalu dicuci dengan air destilasi sampai PH-nya netral. Arang kemudian dikeringkan dan dioven lagi selama 1 jam.
“Terakhir, buat menjadi briket atau dipadatkan dengan dicampur lem atau pun tetes tebu. Keringkan dan siap digunakan,” jelas Bayu.
Bayu saat ini membuat robot untuk ruangan berukuran 3×3 meter, tetapi dirinya mengaku siap menerima pesanan alat penyerap polutan dengan ukuran yang lebih besar untuk industri. Dia hanya memerlukan 3 komponen utama berupa pengontrol mikro, kipas dan sensor untuk membuat alat penyerap pencemar portabel.
Menurut Bayu, robot penyerap polutan buatannya bisa membantu mengurangi masalah polusi udara, yang sekarang cenderung meluas baik di dalam maupun luar ruangan. “Kita jangan menunggu pencemaran sampai tinggi. Akan tetapi justru harus diantisipasi jangan sampai terjadi pencemaran,” kata putra pasangan Isma’un dan Siti Rukayah itu.
Temuan Bayu ini masih terus dikembangkan. Dia juga berharap ada sponsor yang mau membantu proses pengembangan alatnya ini. “Harapan kami, kalau riset butuh anggaran besar apalagi sampai produksi. Kalau ada yang mau jadi investor dan sponsor akan kami kembangkan,” harapnya. (tom)