Matahari adalah sumber cahaya terbesar di alam semesta ini. Tentunya tidak ada yang bisa menciptakan matahari lain selain Tuhan. Namun, ilmuwan asal Tiongkok membantah hal tersebut.
Ilmuwan itu berhasil membuat matahari buatan dan diklaim lebih luar biasa dari matahari asli. Para ilmuwan itu memanfaatkan energi fusi nuklir, terobosan yang diciptakan oleh sejumlah ilmuan dari Hefei Institute of Physical Science of the Chinese Academy of Science.
Apa kelebihan matahari buatan dibandingkan aslinya? Panas matahari buatan itu mengalahkan panas matahari aslinya, yakni sebesar 50 juta Kelvin atau hampir mendekati 50 juta derajat Celcius. Sementara panas matahari asli dilaporkan sekitar 15 juta derajat Celcius.
â??Panas matahari buatan (50 juta Kelvin) bertahan selama 102 detik,â? ungkap para peneliti tersebut, seperti dikutip International Business Times, Senin (28/3/2016).
Meski terdengar berbahaya, temuan ini diharapkan bisa membantu umat manusia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak dan mendapatkan sumber energi ramah lingkungan.
Hebatnya lagi, terobosan yang diciptakan itu menempatkan Tiongkok jadi setara dengan kemampuan Uni Eropa, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang, yang merupakan negara terdepan dalam teknologi fusi.
Berbeda dari biasanya, yang terlibat dalam pembelahan atom adalah menggunakan isotop uranium, tapi kali ini berbeda. Ilmuwan Tiongkok itu menggunakan dua intim atom bahkan lebih, sehingga mereka bertabrakan dan menghasilkan inti baru.
Peneliti menjelaskan, dalam fusi nuklir tersebut, isotop Hidrogen Deuerium (isotop yang memiliki satu proton dan satu neutron) dan Trutium bertabrakan dengan kecepatan tinggi untuk menghasilkan Helium. Sehingga bom hidrogen yang menggunakan energi yang dihasilkan oleh fusi nuklir lebih cepat memicu reaksi.
Proses itu terjadi di dalam reaktor atau yang dikenal sebagai Experimental Advanced Superconduting Tokamak (EAST). â??Sebuah matahari buatan dapat memberikan energi bersih terbatas dikendalikan fusi termonuklir,â? terang Xu Jiannan, peneliti dari China Academy of Engineering Physics.
Para ilmuwan masih ingin mencoba mencapai suhu 100 juta derajat Celcius selama 1.000 detik atau hampir 17 menit. Namun masih memerlukan waktu beberapa tahun ke depan sebelum bisa membangun pembangkit tenaga listrik bertenaga fusi nuklir. (tom)