Keindahan Bumi Pertiwi, Indonesia, memang mampu menghipnotis siapa pun. Tak hanya alamnya yang memesona, pun keramahan masyarakatnya yang membuat siapa saja merasa berada di ‘rumah’ sendiri. Begitulah yang dirasakan Stefano Romano, seorang fotografer asal Italia begitu mencintai Indonesia dan menganggap Indonesia adalah kampung halamanya.
Pria berdarah Italia yang lahir di Roma, 11 Januari 1974 ini mencintai Indonesia. Bahkan, Stef meminta dipanggil ‘akang’ yang berarti sebutan kakak laki-laki dalam bahasa Sunda daripada dipanggil Mister. Padahal ia sama sekali tak memiliki darah Sunda. Namun bagi Stefano, Sunda adalah tempat kelahirannya dan Indonesia adalah kampung halamannya.
Dilansir dari Kompas, Stefano mulai cinta kepada Indonesia berawal saat ia bekerja sebagai fotografer yang memotret komunitas Asia di Roma pada 2009. Suatu waktu ia ikut bazar di kedutaan besar RI di Italia. Disana ia takjub akan budaya Indonesia. Di sana pulalah ia berkenalan dengan sang istri, Bayu Bintara Fatmawati.
“Pertama kali saya ke Bandung ke Lembang, saya tidur dan dari luar ada lagu Sunda. Saya suka sekali, seperti kesurupan. Kalau ada lagu dangdut juga saya tak bisa tahan untuk menari. Saya seperti terlahir dari sana (Jawa Barat),” kata Stefano seperti dilansir dari Kompas.
Tak hanya Indonesia, ia pun mencintai Islam. Dilansir dari Mizan, berawal dengan memotret komunitas orang Bangladesh yang tinggal di Roma, kemudian meluas ke berbagai komunitas negara Asia lainnya. Hampir seluruh komunitas yang diakrabinya adalah negara-negara bermayoritas penduduk Muslim. Bergaul dengan mereka memicu rasa ingin tahu Stefano mengenai Islam.
Ketertarikannya secara khusus terpicu oleh pengamatannya sebagai fotografer pada saat memotret wanita berhijab. Menurut Stefano, wajah wanita berhijab memancarkan cahaya khusus yang unik, dan dia menginginkan cahaya itu untuk dirinya sendiri.
“Saya juga tertarik dengan agama Islam. Suatu hari Jumat, saya pergi ke Masjid di Roma untuk memotret dan saya bertemu kembali dengan Bayu. Ia bilang ‘Kamu yang waktu itu motret di KBRI bukan?’ Saya cerita kalau saya tertarik belajar agama Islam. Dia bilang kalau tertarik bisa ke KBRI tiap hari Senin ada pengajian. Satu tahun itu saya belajar agama Islam,” ungkap penulis buku Kampungku Indonesia ini.
Setelah mempelajari Islam selama kurang lebih dua tahun, Stefano memutuskan untuk menjadi muslim pada 2010, kemudian menikah dengan seorang muslimah asal Indonesia. Setelah itu, dia sering disebut sebagai â??fotografer yang menemukan Islam lewat lensa kameraâ?.