Ingat polisi, ingat kelakar Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau dikenal dengan nama Gus Dur. Bagi Gus Dur, hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia. Ketiganya yakni patung polisi, polisi tidur, dan mantan Kapolri Hoegeng Iman Santosa. Ini semacam sindiran bahwa sulit mencari polisi jujur di negeri ini. Namun seiring dengan perkembangan waktu, Indonesia kini memiliki polisi-polisi yang dianggap punya pengabdian tinggi terhadap masyarakat. Contohnya adalah 5 polisi berikut ini, seperti dilansir jadiBerita dari Dreamcoid, Selasa (24/1/2017).
Brigadir Guritno Bidjuni

Brigadir Guritno Bidjuni, anggota Polsek Bone Polres Bone Bolango ini dengan tulus dan ikhlas rela menjadi guru di SDN 6 kecamatan Bone, kabupaten Bone Bolango, tanpa dibayar. Kurangnya guru di SDN 6 Bone itu membuat Brigadir Guritno merasa terpanggil untuk ikut mengajar menjadi guru sukarela. Ia mengaku dalam aktivitasnya menjadi guru sukarela tidak mengganggu pekerjaannya sebagai abdi negara. Ini malah menjadi motivasi untuk memajukan dunia pendidikan. Brigadir Guritno juga mengajar ngaji anak-anak di rumahnya yang sederhana.
Bripka Seladi

Kisah anggota kepolisian yang bertugas di Polres Malang Kota, Bripka Seladi, banyak membuat masyarakat terenyuh. Sehari-harinya usai berdinas di kepolisian, bapak 3 anak ini rela melakoni pekerjaan sampingan yang dianggap rendah oleh masyarakat, yaitu menjadi pemungut sampah alias pemulung. Dari pekerjaan sambilan tersebut, Seladi mendapat penghasilan tambahan Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu per harinya. Meski demikian, Seladi mengaku ikhlas dan bangga dengan penghasilan tambahan seadanya tersebut, daripada harus menerima suap.
Bripka Junaidin

Ditengah kesibukan Bripka Junaidin bertugas sebagai aparat negara, Junaidin menyisipkan waktunya untuk mengajar hafalan Alquran di pesantren Al Fatur Alim miliknya sendiri yang terletak di dusun So Nggela Kelurahan Jati Wangi. Pesantren Al Fatur Alim milik Junaidin ini dibangun sejak tahun 2009 dengan jerih payah dan biaya dari kantong pribadi, dengan menyisihkan gaji yang diperoleh tiap bulannya. Pada proses pembangunannya, Junaidin tidak menggunakan jasa tukang, semua dilakukanya sendiri dengan dibantu oleh warga sekitar. Bahkan mengangkut bahan baku seperti pasir, batu dan seluruh bangunan dilakukan sendiri.
Brigadir Piether Paembonan

Kehadiran seorang polisi anggota Polres Mamuju, Polda Sulawesi Selatan, Brigadir Piether Paembonan justru dinanti-nanti oleh anak-anak di sekolah. Bagi mereka, Brigadir Piether merupakan sosok panutan, guru, teman, polisi, dan orangtua. Di tengah kesibukannya berdinas di Polres Mamuju, Brigadir Piether juga masih menyempatkan waktu menjadi pengajar lepas di beberapa sekolah di Mamuju. Ia pun terlibat langsung menyelamatkan nasib anak-anak putus sekolah. Hingga akhirnya usahannya tidak sia-sia, sebanyak 178 anak-anak putus sekolah, bisa kembali mengenyam bangku pendidikan.
Kompol Mustaqim

Yang terbaru datang dari sekolah Al-Huda di Dusun Kedunen, Desa Bomo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur. Sekolah ini tak pernah memungut uang pendidikan sekolah bagi siswa-siswinya yang belajar di sana. Yayasan Pendidikan Al-Huda itu milik Kompol Mustaqim, seorang perwira menengah di Polres Banyuwangi. Kompol Mustaqim mendapatkan amanah dari orangtuanya untuk meneruskan lembaga pendidikan yang didirikan pada tahun 1954 itu. Hingga saat ini, sekolah setingkat SMA di wilayah Desa Bomo itu sudah memiliki murid sejumlah 221 siswa. (tom)