Kisah Hamdanil Rasyid, Pemuda Indonesia yang Berhasil Kerja di Google Amerika Serikat

Hutomo Dwi

Hamdanil Rasyid (Detik)

Semua orang, terutama yang sering memakai internet, jelas sudah sering mendengar atau menggunakan yang namanya Google. Digunakan setiap harinya oleh jutaan orang di seluruh dunia, wajar jika situs pencarian ini menjadi salah satu perusahaan terkaya di dunia, yang kekayaannya dipakai untuk mensejahterakan ribuan karyawannya. Di antara ribuan karyawan Google itu, ada satu orang yang berasal dari Indonesia. Dia adalah Hamdanil Rasyid.

Hamdanil Rasyid adalah pemuda asal Pekanbaru, Riau, yang mampu melewati ketatnya persaingan masuk Google. Saat ini dia sudah hampir 5 tahun bekerja di kantor pusat Google di Mountain View, Amerika Serikat, sebagai IT Payments.

“Hampir 5 tahun kerja di sini. Saya sekarang di tim payments. Beli sesuatu di Google kan usernya bayar tuh, nah yang bikin sistem pembayaran dari tim saya,” katanya di sela-sela perhelatan Google I/O 2018, seperti dikutip dari Detikcom, Senin (14/5/2018).

Hamdanil Rasyid (Detik)

Ia datang memakai sepeda, kaos putih dan celana jeans. Bebas saja, karena memang bekerja di Google tidak ada banyak aturan soal pakaian. Ia pun menuturkan kisah dan pengalamannya. Hamdanil bekerja di Google sudah cukup lama dan betah sampai sekarang.

”Proyek di sini ganti-ganti, karena produk Google kan nambah terus. Juga kalau ada negara baru di mana produk diluncurkan,” tambah Hamdanil.

Sebelum bekerja di Google, Hamdanil pernah bekerja di sebuah perusahaan Singapura. Pada dasarnya dia memang menyukai bidang pemrograman, jadi Hamdanil merasa nggak terbebani bekerja di Google karena sesuai bidangnya. Selain itu, bekerja di Google istilahnya santai tapi serius.

“Memang suka di bidang ini, dan yang enak di Google ini sistem manajemennya santai. Nggak terlalu diatur, modelnya obyektif kamu apa, kira-kira kapan selesai, perlu kolaborasi sama siapa,” terangnya. “Mau datang jam berapa, cara kerjanya gimana, kerja sama siapa itu nggak dimasalahin. Jadi kita lebih independen lah,” lanjutnya.

Perhatian juga diberikan untuk transportasi, Google lebih memilih menyediakan transportasi sepeda pancal untuk mobilitas karyawannya. Ratusan sepeda yang berwarna kuning, hijau, dan biru tersedia di setiap pusat keramaian.

Hamdanil Rasyid (Detik)

Karyawan dan tamu bebas memakainya sesuka hati. Jika sepeda rusak, ada teknisi khusus yang memperbaikinya. Nggak hanya memenuhi kebutuhan jasmani, aneka program juga dirancang oleh Google maupun inisiatif karyawan sendiri untuk memuaskan kebutuhan rohani. Seperti halnya jika tak punya akses internet, info dinding di dekat pintu lift bisa menjadi panduannya.

Banyak yang ingin bekerja di Google, namun yang diterima sangat sedikit. Dituturkan Hamdanil, seleksinya memang begitu ketat dan ujiannya sangat sulit. “Kalau di bidang IT, interview mereka lumayan ketat. Jadi kayak pelajaran algoritma, pelajaran structure yang di kuliah itu dia bakal mengajukan pertanyaan yang sulit banget,” jelasnya. “Jadi ketika saya mau interview itu rasanya seperti mau ujian lagi. Istilahnya itu seperti soal ujian semester dengan tingkat paling tinggi,” kisahnya.

Ia sangat serius ketika mempersiapkan diri mengikuti test masuk Google. Hasilnya, dia bisa menjadi satu dari sedikit orang Indonesia yang bekerja di Google. “Jadi saya belajar dulu. Setiap weekend saya minjem buku buat belajar. Karena kalau nggak gitu nggak bakal bisa jawab. Soal-soal ilmu komputernya tingkat tinggi,” imbuh Hamdanil.

Sukses terus untuk Hamdanil. Apakah kamu juga mau bekerja di Google seperti Hamdanil? (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.