Hate Mondays Syndrome

Seperti biasa, hari Jumat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Di kantor A, semua orang sibuk menyelesaikan proyek mereka untuk minggu itu. Sementara itu, di kantor B, semua orang memulai hari dengan senam pagi, mandi, sarapan, shalat Jumat, dan menonton televisi sambil mengobrol kesana-kemari.

Apapun kegiatannya, di hari Jumat itu semua orang menantikan jam pulang. Weekend. Liburan (tentu bagi yang hari kerjanya cuma sampai hari Jumat). Itulah sebabnya bis dan kereta berjubel di Jumat sore. Setidaknya, lebih berjubel dari biasanya.

Sabtu dan Minggu dilewatkan dengan berbagai cara, namun tujuannya sama: rekreasi. Ada yang ke Bandung atau Puncak, ada yang sekedar jalan-jalan keliling Jakarta, atau ada yang cukup tidur di kamar sambil menonton televisi atau film-film Hollywood, yang meski (sementara) tak ditayangkan di layar lebar kita, keping bajakannya tersebar di mana-mana.

Lalu Minggu malam pun tiba. Beberapa status di halaman Facebook mendadak seragam: berharap bahwa besok masih hari Minggu!

Senin pagi pun datang. Hah? Sudah Senin lagi? Begitu kira-kira jeritan hati para pekerja. Lalu dengan langkah gontai mereka berjalan menuju kamar mandi, mandi, ganti baju, berdandan, kemudian mulai menyapa jalanan kota dengan caranya sendiri-sendiri: ada yang cukup berjalan kaki, naik angkutan umum, atau menggunakan kendaraan pribadi. Apapun itu, waktu menuju tempat kerja selalu terasa kurang lama dibandingkan hari biasa.

Ah, Senin, mengapa engkau begitu dijauhi? Tapi tenang saja, aku tetap akan merindukanmu. Mengapa? Karena di hari Senin, kantorku menjadwalkan 2 jam pertamanya untuk berolahraga. Ya, aku justru merindukan apa yang dijauhi hampir semua orang: hari Senin. Bagaimana denganmu? 🙂

Written by Ardy Messi

Work in PR agency, Strategic Planner wannabe, a bikers, a cyclist, music and movie freak, Barca fans.

Princess Fairy Tale ala Indonesia

Kisah kejujuran Polisi Hoegeng