Tak ada yang pernah menyangka bahwa limbah bonggol jagung yang biasanya tidak terpakai dan terbuang begitu saja bisa jadi berbagai kerajinan cantik yang memiliki nilai jual tinggi.
Seperti yang dilansir dari kompas.com (Kamis, 2/10/2014), Edie adalah seorang pengrajin kerajinan yang terbuat dari bonggol jagung. Pria yang berasal dari Bogor, Jawa Barat itu, mengubah bonggol jagung menjadi kap lampu, tas laptop, hingga cooler laptop pun Ia buat hanya dengan memanfaatkan limbah jagung.
Idenya bermula ketika ada seorang teman yang memberinya vas bunga yang terbuat dari bonggol jagung. “Waktu itu kalau nggak salah tahun 2008, ada teman ngasih vas bunga. Saya kaget, ternyata vas bunga itu terbuat dari bonggol jagung,” ucap Edie.
Kemudian, Ia berkreasi dengan bonggol jagung dan mencoba membuat beberapa benda, tapi ternyata prosesnya tak semudah yang ia duga. Bonggol jagung yang sifatnya rapuh tak bisa digunakan Edia untuk membuat kerajinan tangan, selama dua hingga tiga tahun, Edia masih tidak tahu bagaimana cara untuk mengeraskannya.
Kesulitan pun Ia hadapi tatkala tidak ada orang yang bisa untuk mengajari karena kerajinan dari bonggol jagung jarang yang mengetahui.
Setelah melakukan serangkaian penelitian dan uji coba, Edia pun akhirnya berhasil dan menemukan cara untuk memanfaatkan bonggol jagung. Hasil jerih payahnya pun terbayarkan ketika dirinya bisa membuat kerajinan yang bernilai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Kerajinan Edia pun terkenal hingga manca negara seperti Amerika, Asia, dan Eropa. Banyak media asing yang sengaja datang ke showroom miliknya yang ada di Bogor untuk mewawancarai Edie.
Tapi sayang, menurut Edia kerajinan unik miliknya ini belum sepenuhnya mendapat dukungan dari pemerintah. Pemerintah Kota Bogor tempat Ia memproduksi kerajinannya pun belum memberi dukungan yang berarti. “Sampai saat ini pemerintah kota Bogor belum memberikansupport yang berarti. Makanya, dalam produk yang saya buat, saya nulis bukan kerajinan asli bogor tapi kerajinan asli Indonesia,” ujar Edie.
Edie harap kerajinannya bisa terus mendunia dan bisa bersaing dengan produk kerajinan dari negara lain.(dea)