Mungkin Anda pernah mendengar makanan berupa daging selain daging ayam dan sapi untuk dijadikan makanan, seperti daging kuda, kelinci atau hewan lainnya. Namun apakah Anda pernah mendengar, melihat atau bahkan mencicipi daging anjing?
Daging anjing tersedia di negara Korea dengan nama Bosintang. Bosintang adalah hidangan tradisional Korea berupa sup daging anjing yang dianggap kontroversial oleh penikmat kuliner dari negara lain.
Dilansir dari Merdeka, Kamis (2/10/2014), bosintang termasuk jenis guk, bahasa Korea untuk makanan berkuah. Menurut ilmu pengobatan tradisional Korea, bosintang merupakan masakan yang sangat berkhasiat untuk kesehatan. Sup ini dipercaya dapat meningkatkan stamina, menguatkan lima organ vital, menyehatkan sistem pencernaan, serta menghangatkan pinggang dan lutut. Karena itulah ia diberi nama bosintang yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘sup yang menyehatkan tubuh’. Tetapi makanan ini disebut juga dengan nama gaejangguk yang berarti ‘sup daging anjing’.
Menyantap daging anjing di Korea merupakan hal yang biasa, meskipun pada dasarnya peredaran dan konsumsi daging hewan ini tidak diatur dalam peraturan resmi layaknya daging hewan ternak seperti sapi atau ayam. Bosintang tidak dibuat dari sembarang daging anjing. Hanya anjing jenis nureongi yang dagingnya diambil untuk bahan membuat bosintang. Anjing jenis ini di Korea memang khusus dikembangbiakkan untuk keperluan konsumsi.
Gaejangguk atau bosintang sebenarnya bisa dimakan kapan saja. Tetapi ada waktu tertentu yang menurut tradisi dianggap paling tepat untuk menyantap bosintang. Biasanya bosintang disiapkan pada Hari Anjing di bulan ke-6 kalender Korea. Hari Anjing dianggap sebagai hari terpanas dalam setahun. Sebab menurut kepercayaan warga Korea hari tersebut merupakan waktu di mana elemen api mendominasi. Dan karena lawan api adalah logam, diperlukan bahan yang mengandung unsur logam untuk menandinginya. Kemudian dipilihlah daging anjing yang mewakili elemen logam untuk penyeimbang.
Tradisi menyantap daging anjing di Korea sendiri sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Pada zaman kerajaan, seorang wanita yang telah menikah biasanya membawa hantaran berupa daging anjing dan kue beras sebagai hadiah kepada orang tuanya. Walaupun begitu sekarang ini sudah banyak warga Korea modern yang menolak memakan daging hewan yang umum dijadikan hewan peliharaan ini. (tom)