Makanan Kaki Buaya dari Singapura, Berani Makan?

Hutomo Dwi

Pernah coba kuliner ekstrem berbahan reptil? Mendengar kalimat tersebut, mungkin yang terbayang di benak Anda adalah masakan dari daging ular. Tetapi bukan ular saja reptil yang bisa diolah menjadi sajian kuliner. Di Singapura, Anda bisa menjumpai kuliner dari buaya, lebih tepatnya kaki buaya.

Dilansir dari CNN Travel, Senin (17/11/2014), kaki buaya adalah salah satu makanan khas Singapura yang terkenal lezat dan berkhasiat tinggi, dimasak serta disajikan utuh bersama kulit dan cakarnya.

Kaki buaya berukuran sedang atau besar direbus dalam kuah berbumbu rempah, kemudian disajikan dalam kuali tanah liat atau mangkuk kaca berukuran besar. Kadang disertai potongan sayur sebagai pelengkap.

Sekilas pandang, kaki buaya yang berenang dalam kuah kental kecoklatan memang terlalu menyeramkan untuk disantap. Tetapi jangan salah, daging dan kulitnya memiliki tekstur yang kaya. Kulitnya benar-benar lembut dan lunak, kenyal seperti agar-agar. Sementara rasanya sendiri seperti perpaduan teripang dan daging ayam.

Daging buaya ini dipercaya membawa aneka manfaat untuk kesehatan, antara lain meningkatkan metabolisme, vitalitas, kekebalan, dan gairah seksual. Konon bisa juga menyembuhkan penyakit asma.

Hidangan peranakan Tiongkok-Melayu ini bisa ditemui di restoran-restoran Singapura yang menyajikan masakan Tiongkok. Kaki buaya merupakan menu yang cukup populer dan banyak dicari pelanggan.

“Meskipun beberapa rekan saya jijik menyantap buaya, saya cukup menggemari reptil ini karena kakinya yang penuh dengan kolagen dan rempah China dalam kuahnya menyehatkan tubuh saya,” kata Charlene Lim, pelanggan tetap di Crocodile Kingdom, salah satu restoran yang terkenal karena hidangan berbahan daging buaya.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga ingin mencicipi kuliner ekstrem berbahan kaki buaya asal Singapura ini? Atau Anda lebih memilih masakan-masakan normal dari Indonesia saja? (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.