Wiwien Ambarwati, mungkin tak banyak anak muda yang seperti dia. Di saat anak muda lainnya masih meminta pada orang tua untuk membayar biaya kuliahnya, tidak dengan Wiwien. Ia begitu bekerja keras demi bisa membayar biaya kuliahnya secara mandiri.
Dikutip dari wakafquran.org (Minggu, 30/11/2014), Wiwien melakukan segala usaha untuk bisa membayar uang sewa kos, makan sehari-hari dan biaya kuliah. Mulai dari jualan pulsa, penjaga warnet, pelayan di warung makan, hingga menjadi pengasuh bayi. Namun semua usahanya itu belum cukup untuk membiayai keperluan kuliahnya di Universitas PGRI Semarang.
Warga RT 2 RW 6, Kadipiro, Jumapolo, Kab. Karanganyar ini, bahkan rela tidak pulang kampung saat lebaran lantaran dirinya masih harus bekerja. di sebuah rumah makan di Semarang.
Dengan waktu kerja 10 jam per hari. Wiwien pikir Ia sanggup menjalaninya. Namun ternyata lelahnya bukan main. Apalagi di waktu libur lebaran, banyak orang yang berdatangan ke rumah makan tersebut.
Dalam sehari, Fotri dibayar Rp 40.000. Ia bekerja selama seminggu dan mendapatkan upah total Rp 230.000. Uang itu Ia dapatkan untuk membayar sewa kos bulanan Rp 200.000. Sisanya digunakan untuk keperluan lain. Tka hanya itu, Ia pun mengajar les privat anak kelas 6 SD. Sekali pertemuan Ia hanya dibayar Rp 20.000. Tapi Wiwien tak mengeluh. Uang itu tetap Ia kumpulkan untuk membayar kuliahnya.
Begitu keras perjuangan Wiwien, namun usahanya itu ternyata belum bisa menutupi biaya kuliahnya hingga kelulusan nanti yang masih bernilai jutaan rupiah. Wiwien tak ingin merepotkan orang tuanya. Ia masih terus berusaha kerja apa saja asal yang penting baginya pekerjaan tersebut halal.
Gads yang bercita-cita guru itu pun kini masih tetap berusaha agar kuliahnya selesai tepat waktu.(dea)