Tak pernah terpikir sebelumnya, sebuah keluarga kecil yang ideal, yang menjadi idaman setiap rumah tangga, tiba-tiba terenggut kebahagiaannya oleh sebuah kenyataan pahit yang terus terbawa seumur hidup. Hal itulah yang diangkat dalam film “Nada untuk Asa”
Film “Nada untuk Asa” menceritakan perjuangan hidup seorang wanita (Nada) yang ditinggal mati suaminya karena HIV AIDS dan harus menerima kenyataan bahwa ia dan anaknya (Asa) juga telah terjangkit HIV positif.
Film yang diangkat dari novel karya Ita Sembiring dengan judul “Positif! Nada Untuk Asa” ini, sebetulnya adalah film drama keluarga sederhana namun memiliki angle cerita yang kuat.
“Saat Charles (sutradara, Charles Gozali) datang kepada saya dan menceritakan garis besar naskahnya, saya tersentuh dan secara refleks menangis. Saya membayangkan bahwa keberanian si ibu untuk bertahan hidup, menyentuh intuisi saya sebagai perempuan,” ujar Marsha Timothy pemeran Nada, seperti dilansir dari Metrotvnewscom, Selasa (27/1/2015).
Reaksi yang sama juga datang dari aktris pemenang Piala Citra, Acha Septriasa, yang memerankan Asa di usia dewasa. “Setiap memilih peran, saya selalu mempertimbangkan apa yang bisa saya berikan. Bukan hanya akting, melainkan juga apa yang bisa diberikan ceritanya kepada masyarakat,” tuturnya.
Perjuangan Nada dalam menerima kenyataan hidup yang tragis, pergumulannya dalam menghadapi masalah, hubungannya dengan sang ayah, hingga akhirnya ia memutuskan mengambil pilihan menjadi ‘ibu yang berani hidup’ ditampilkan dengan sangat menarik oleh sutradara Charles Ghozali, dan pemain-pemain senior yang terlibat dalam film ini.
Salah satu tantangan utama bagi Marsha berperan sebagai penderita HIV adalah menghayati bagaimana kehidupan mereka, terutama dengan stigma dari lingkungan sosial yang begitu kuat. “Kesulitan iya, dalam arti belum pernah berada di posisi ini. Kehidupan (nyata) saya berbeda total. Saya belum pernah (alami persoalan) seberat ini ditinggal suami,” lanjut Marsha.
Sementara itu, Acha tergolong luwes dalam akting dan memelajari bagaimana kehidupan seorang pengidap HIV. “Ada teman saya pengidap HIV, dia terlihat normal, bedanya dia mudah terkena penyakit. Misal flu, lebih berat. Fenomena ini tidak asing, dari situ saya belajar,” jelas Acha.
Film yang musik temanya ditangani oleh musisi Pongki Barata ini dijadwalkan akan tayang di seluruh bioskop tanah air pada tanggal 5 Februari mendatang. (tom)