Jakarta identik dengan suku bangsa Betawi sebagai penduduk aslinya. Etnik ini telah lama bermukim dan beranak pinak di ibu kota. Sejak era Gubernur Ali Sadikin, Betawi telah menjadi ikon Jakarta, tapi dari manakah asal nama Betawi?
Banyak orang sering mengucapkan nama Betawi tapi hanya sedikit masyarakat yang tahu asal muasal nama ini. Penafsiran pun banyak mengemuka termasuk cerita perang antara tentara Belanda melawan pribumi. Pada saat perang berlangsung, tentara Belanda dengan persenjataan lengkap menghalau warga pribumi yang ingin menduduki benteng Belanda.
Namun, serangan berhenti karena persediaan senjata habis. Pejuang pribumi lantas mengganti senjata mereka dengan kotoran manusia, hingga membuat serdadu Belanda terganggu dengan bau menyengat dan berkata ‘bau tai’. Banyak yang meyakini kata itu adalah asal usul nama Betawi muncul.
Tapi pengertian tersebut ternyata salah besar. Hal itu sengaja diciptakan penjajah untuk meremehkan orang-orang pribumi di Jakarta.
“Karena seperti yang kita tahu bersama, benteng hancur dengan meriam jika menggunakan logika lemparan paling cuma 50 meter paling jauh. Ada kesan orang kita dianggep bodoh kalau percaya gituan,” kata budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, seperti dikutip dari Merdekacom, Rabu (28/10/2015).
Masih ada berbagai versi lain yang menceritakan asal mula kata Betawi. Salah satu yang paling banyak dipercaya adalah tanaman bernama cassia glauca, atau Wiulingin Betawi alias ketenteng dalam bahasa Betawi. Versi ini lebih dipercaya mengacu dari banyaknya nama jalan menggunakan nama pepohonan.
“Banyak nama jalan dari nama pohon kaya kebon nanas, kebon kacang karena itu saya berasumsi Betawi dari nama pohon,” katanya.
Versi lain menyebutkan bahwa nama Betawi berasal dari pelesetan nama Batavia. Nama Batavia berasal dari nama yang diberikan oleh J.P Coen untuk kota yang harus dibangunnya pada awal kekuasaan VOC di Jakarta. Kota Batavia yang dibangun Coen itu sekarang disebut Kota atau Kota lama Jakarta. Karena asing bagi masyarakat pribumi dengan kata Batavia, maka sering dibaca dengan Betawi.
Bagaimana menurut kamu? Lebih percaya pada versi yang mana? (tom)