Kalau ngomongin privasi online, Tor Browser jadi salah satu nama yang sering banget muncul. Dan jujur, aku paham kenapa. Sekarang, hampir semua hal yang kamu lakukan di internet selalu meninggalkan jejak. Mulai dari nge-scroll media sosial sampai buka situs biasa, semuanya dipantau oleh tracker yang senang ngumpulin data kamu buat bikin profil digital. Hasilnya? Kamu dapat iklan “lebih relevan”, tapi privasimu hilang pelan-pelan.
Aku sering bilang, internet itu memang luas, tapi bukan berarti kita nggak bisa pakai dengan cara yang lebih aman. Ada VPN, ada fitur Private Relay di Safari, dan ada juga Tor—salah satu alat yang paling sering dipakai aktivis, jurnalis, hingga orang biasa yang cuma pengen aktivitas online-nya nggak dipantau. Di artikel ini, aku bakal jelasin ke kamu secara santai soal gimana Tor bekerja, siapa yang cocok pakai, dan apa kelemahannya.
Apa Itu Tor?
Tor, atau The Onion Router, awalnya dikembangkan sama U.S. Naval Research Lab di tahun 1990-an sebelum akhirnya jadi organisasi nonprofit pada 2006. Inti idenya simpel: Tor ingin bikin kamu bisa menjelajah internet secara anonim. Jadi, siapapun yang mencoba ngikutin jejak kamu—entah itu website, ISP, atau pengiklan—nggak bisa tahu kalau permintaan akses itu datang dari kamu.
Kamu mungkin lebih familiar sama Tor Browser, versi modifikasi Firefox yang otomatis terhubung ke jaringan Tor. Browser ini menghapus banyak hambatan teknis supaya kamu bisa internetan seperti biasa, tapi lewat jalur yang lebih rumit dan terenkripsi.
Bagaimana Tor Bekerja?
Saat kamu buka website biasa, browser akan langsung mengirim data ke server tujuan lengkap dengan alamat IP kamu. Itu sebabnya situs atau ISP bisa tahu “oh, ini perangkatnya si A lagi buka halaman ini.”
Tor membalik cara kerja ini. Alih-alih langsung terkoneksi, Tor bakal melewatkan traffic kamu melalui beberapa noderelawan dari berbagai negara. Setiap node hanya tahu sebagian kecil informasi. Dalam istilah Tor, model ini disebut onion routing karena setiap lapisan enkripsinya dikupas satu per satu di setiap node—mirip kupas bawang.
Prosesnya kira-kira begini:
- Kamu masukkan alamat website di Tor Browser.
- Tor mengenkripsi permintaan kamu berlapis-lapis.
- Node pertama (misalnya di AS) buka satu lapisan dan meneruskan ke node berikutnya.
- Node kedua (misalnya Jepang) buka lapisan berikutnya dan lanjut ke node ketiga.
- Node ketiga (misalnya Jerman) adalah exit node yang akan terhubung ke website tujuan.
- Website membalas permintaan lewat jalur yang sama, tapi tiap node menambahkan kembali enkripsinya.
Di ujung perjalanan, kamu berhasil mengakses situs tanpa mengungkap identitasmu.
Penjelasan lebih lengkap soal teknis jaringan Tor bisa kamu baca langsung di situs resmi mereka:
https://support.torproject.org/about/tor-overview/
Kelemahan Tor: Tidak 100 Persen Aman
Walaupun Tor kuat banget di sisi anonimitas, bukan berarti sistem ini sempurna. Masalah utama ada di exit node. Node terakhir ini bisa melihat situs apa yang kamu tuju, walaupun nggak bisa tahu siapa kamu sebenarnya.
Dulu, ketika banyak situs masih pakai HTTP, exit node bahkan bisa melihat isi aktivitasmu, termasuk informasi sensitif. Beruntung sekarang mayoritas situs sudah menggunakan HTTPS. Tapi tetap saja, tracker masih bisa tahu kalau kamu mengunjungi situs tertentu.
Informasi soal keamanan protokol HTTPS bisa kamu lihat dari Google Transparency Report:
https://transparencyreport.google.com/https/overview?hl=id
Siapa yang Cocok Menggunakan Tor Browser?
Tor sering dikaitkan dengan dark web. Itu benar—Tor bisa mengakses situs onion yang memang nggak bisa dibuka lewat Chrome atau Firefox. Tapi bukan berarti Tor hanya untuk aktivitas mencurigakan. Banyak kegiatan legal yang juga menggunakan Tor, misalnya:
- Peneliti atau jurnalis yang membutuhkan kerahasiaan komunikasi.
- Warga negara di wilayah dengan sensor ketat.
- Kamu yang cuma pengen ngurangin jejak digital.
Tor membantu kamu meminimalkan tracking dan mengurangi profil digital yang dikumpulkan pihak ketiga.
Kekurangan: Kecepatan
Ini satu hal yang perlu kamu tahu sejak awal: Tor itu lambat.
Karena traffic kamu harus melewati beberapa negara dan enkripsi berlapis, wajar kalau loading-nya lebih lama dibanding browser biasa. Tapi selain itu, Tor Browser gratis dan tersedia untuk Windows, macOS, Linux, dan Android.
Kamu bisa download langsung dari situs resmi mereka:
https://www.torproject.org/download/
Penutup
Tor Browser bisa jadi solusi buat kamu yang ingin punya privasi lebih saat internetan. Meskipun tidak sempurna, Tor tetap berguna untuk melindungi identitas dan meminimalkan jejak digital kamu. Kalau menurut kamu artikel ini bermanfaat, jangan lupa share biar makin banyak yang sadar soal pentingnya privasi online.












