Bakteri memang belum terlalu dikenal sebagai sumber penghasil energi yang dapat diperbaharui. Ketika orang berpikir tentang bakteri, mereka membayangkan suatu mahkluk mikroskopik yang dapat menimbulkan penyakit. Banyak bakteri yang dapat menyebabkan penyakit namun ada juga bakteri yang baik dan berguna bagi manusia. Salah satu kegunaan bakteri yang ditemukan dalam penelitian adalah bagaimana cara untuk membuat bahan bakar hidrogen.
Memang secara teknikal, bakteri bukanlah sumber energi, namun bereka mampu menghancurkan zat organik dan menghasilkan bahan bakar seperti gas metan, etan, dan hidrogen. Bakteri saat ini sedang dikembangkan untuk menghasilkan bahan bakar alternatif.
Dapatkah bakteri menghasilkan energi? Tidak sepenuhnya benar, bakteri tidak secara langsung dapat digunakan sebagai bahan bakar namun dapat dijadikan bahan di dalam pembuatan bahan bakar alternatif. Mereka memakan buangan organik dan setelahnya mereka mengeluarkan semacam buangan yang manusia gunakan sebagai bahan bakar.
Proses penggunaan bakteri untuk menghasilkan bahan bakar dari zat organik disebut pengubahan bahan bakar. Pengubahan ini bukanlah teknologi baru, sebelumnya bakteri dan mikroorganisme lain menghasilkan bahan bakar dari rumput laut, jagung, minyak kelapa, buangan peternakan dan material organik lainnya.
Namun menggunakan bahan makanan sebagai bahan pembuatannya membuat bahan bakar organik tidak dapat dikatakan sebagai sumber bahan bakar yang layak karena ketakutan yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan makanan akan menipiskan stok makanan untuk dibuat sebagai bahan bakar. Ketika masalah sihadapkan kepada isi perut dengan energi yang digunakan untuk bahan bakar.
Kedepannya masyarakat global lambat laun akan mengalami krisis bahan bakar jika hanya bergantung dengan bahan bakar minyak, sehingga ide untuk menghasilkan alternatif bahan bakar terus diteliti. Buangan organik, setidaknya memiliki kesamaan atom dengan yang dipakai dalam pembuatan bahan bakar. Salah satu bakteri yang sedang diteliti adalah bakteri Escherichia coli yang memiliki kemampuan mengubah buangan produksi coklat menjadi hidrogen.
Penelitian yang paling berhasil tentang E. coli dan energi dari buangan coklat dilakukan di Univerditas Birmingham, Inggris. Kebanyakan bakteria mampu memfermentasi buangan organik dan menghasilkan hidrokarbon seperti metan dan etan. Dalam kasus E. Coli bahan bakar yang dihasilkan dari buangan coklat menghasilkan hidrogen yang dikenal dengan bahan bakar ramah lingkungan dan hanya menghasilkan air dalam proses pembakarannya. Hal ini menjadi sebab mengapa para peneliti menghabiskan waktu meneliti cara membuat bahan bakar hidrogen.
Dalam proses pengubahan bahan bakar, E. coli merusakkan komponen sisa gula dalam proses pembuatan coklat. Para peneliti di Universitas Birmingham menyadari bahwa fase awal fermentasi dari sisa gula menghasilkan asam formiat (asam semut) yang secara kimiawi sama dengan yang ditemukan dalam sengatan serangga. Dengan tingkat racun asam tersebut, bakteri E. coli bereaksi dengan mengubah asam tersebut menjadi gas hidrogen.
Dapatkah spesies bakteri ini benar-benar menghasilkan energi yang adapat digunakan? Hasil dari hidrogen tersebut telah di uji untuk menghidupkan sebuah kipas kecil. Eksperimen ini membuktikan bahwa hasil hidrogen benar-benar dapat digunakan sebagai sumber energi. Beberapa bulan kemudian, dua penjelajah Inggris Andy Pag and John Grimshaw menggunakan bahan bakar alternatif dari buangan coklat ini untuk BioTruk yang mereka kendalikan mengaruhi padag pasir Sahara. Tidak hanya sampai disana, peneliti dari Universitas Warwick membuat mobil balap yang dapat berjalan menggunakan bahan bakar buangan coklat ini dan diberi nama Formula 3 speedster.
Membuat energi alternatif dari bakteri merupakan solusi yang menjanjikan bagi krisis energi global. Sekarang bahan bakar alternatif dihasilkan dari buangan coklat ataupun bahan organik lainnya dan masih belum layak digunakan secara besar-besaran seperti tenaga matahari, angin maupun panas bumi. Creating alternative energy from bacteria offers a promising solution to the global energy crisis. Namun penelitian tentang energi dari coklat ini setidaknya membuat gebrakan besar untuk mengubah proses hasil pembuangan sisa produksi coklat yang tadinya tidak berguna menjadi sumber energi bagi pabrik yang menghasilkan coklat itu sendiri.(jow)