Mengenal The Mo Brothers, Duo Sutradara Indonesia yang Bersinar di Kancah Internasional

Hutomo Dwi

Biasanya, sutradara sebuah film ditangani oleh satu orang saja. Tapi, lain halnya dengan dua sutradara berikut ini yang memilih berduet dan menghasilkan karya luar biasa, yang bersinar sampai di ajang internasional. Siapa mereka? Mereka adalah The Mo Brothers.

The Mo Brothers adalah nama panggung yang kerap digunakan oleh duet sutradara Indonesia, Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel. Dilansir jadiBerita dari berbagai sumber, mereka bertemu di Sydney, Australia, pada tahun 2002, ketika tengah menyelesaikan studi mereka di Fakultas Seni Visual.

The Mo Brothers (Getscoop)
The Mo Brothers (Getscoop)

Debut film mereka sebagai duet sutradara adalah sebuah segmen berjudul “Dara” dalam film antologi horor “Takut: Faces of Fear” yang rilis pada tahun 2008. Segmen ini kemudian dikembangkan oleh mereka menjadi sebuah film horor jagal yang berjudul “Rumah Dara” (2010) dan menuai sukses di berbagai festival film internasional.

Kimo kemudian merintis rumah produksi Merah Production di Jakarta, sementara Timo meneruskan posisinya sebagai pekerja lepas dan menyelesaikan pendidikannya di Akademi Film New York. Setelah membentuk The Mo Brothers, mereka kini menetap di Jakarta.

Sebagai pengagum film-film horor klasik semacam “Psycho” dan “The Texas Chain Saw Massacre”, The Mo Brothers menggebrak tren horor Asia Timur yang tergolong lembut dengan kebrutalan ala film horor Hollywood. Tak hanya itu, film mereka yang berjudul “Killers” yang dibintangi aktor Indonesia Oka Antara dan aktor asal Jepang Kazuki Kitamura, beserta “Headshot” yang dibintangi Iko Uwais pun menuai penghargaan dan diputar di festival internasional Sundance.

Dua sutradara ini duet bikin film keren yang bersinar di internasional
Dua sutradara ini duet bikin film keren yang bersinar di internasional

Sekadar info, Timo Tjahjanto adalah suami dari aktris cantik Sigi Wimala. Sementara Kimo Stamboel memulai debutnya dalam perfilman dengan sebuah film indie berjudul “Bunian” pada tahun 2004.

Semoga mereka makin sukses dan semakin banyak film-film Indonesia yang bisa mendunia. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.
Banner Promo FXpro