Oki Rahadianto, Doktor Sosiologi UGM yang Jadi Bassist Band Rock

Hutomo Dwi

Namanya Oki Rahadianto, dikenali dengan mudah dengan rambut keriting gondrong yang khas. Sosok pria satu ini sebenarnya adalah sosiolog dari Universitas Gadjah Mada. Ia sedang studi S3 di Universitas Newcastle, Australia.

Kini, gelar doktor sudah di tangan. Di balik gelar PhD-nya, pria ini memiliki “rahasia”, yaitu dia merupakan seorang musisi dengan penampilan nyentrik di panggung: platform boots dengan ciri khas sepatu dengan hak tinggi, make up, dan dan lipstick.

â??Saya juga harus menciptakan karakter androgynous di panggung dan mengadaptasikan style bermain bassnya menjadi lebih nge-glam,â? kata Oki seperti dikutip dari Kompascom, Rabu (7/12/2016).

Oki Rahadianto (Sociologist-Bassist)
Oki Rahadianto (Sociologist-Bassist)

Di balik gelar doktornya, Oki adalah pemain bas sebuah band beraliran glam rock atau rock glamor. Glam rock sendiri adalah subgenre musik rock pasca-hippi asal Britania Raya pada awal tahun 1970-an.

Penyanyi dan pemusiknya memakai pakaian, rias wajah, dan model rambut yang serba gemerlap, serta mengenakan sepatu bot berhak tinggi. Ciri khas rock glamor adalah lirik lagu yang memakai bahasa berbunga-bunga yang diiringi permainan gitar hard rock. Kostum yang bersifat teatrikal mengambil ide dari film fiksi sains atau film-film lama.

Dengan ciri khas gaya rambut afro, sosok Oki Rahadianto justru menarik perhatian. Sebagai seorang pria asal Solo yang sekarang menetap di kota Newcastle, Australia, Oki mempunyai kisah hidup yang penuh dengan petualangan di bidang musik.

Pada tahun 2013, Oki pindah ke Newcastle untuk pertama kalinya dan menjalani kehidupan baru sebagai mahasiswa di Universitas Newcastle. Sebagai penerima beasiswa S3 jurusan Sosiologi, Oki menulis mengenai transisi musisi muda dari Indonesia sambil mencari banyak pengalaman di ranah musik di Newcastle.

Oki Rahadianto (YouTube)
Oki Rahadianto (YouTube)

Tahun 2016 ini Oki baru dianugerahi gelar Doktor. â??Sebelumnya saya tidak banyak tahu tentang Newcastle,â? kata Oki yang juga lulusan Cumlaude dari UGM.

Ternyata kota Newcastle merupakan jodoh untuk seorang pencinta musik seperti dia. â??Menurut saya, ranah musik di Newcastle cukup dinamis menurut porsi dan karakteristiknya masing-masing,â? kata Oki.

â??Sejak minggu pertama pindah ke Newcastle saya sudah mulai explore pub-pub. Kadang dengan local housemates tapi seringnya sendirian,â? jelas Oki. â??Dari situ saya mulai kenal banyak orang dan mereka tahu kalau saya musisi,â? katanya. Oki sudah pernah berpartisipasi dalam bermacam-macam jenis band di Newcastle, dari musik daerah sampai glam rock.

Band pertama yang mengajak Oki bernama Smozzle Tov, memainkan musik klezmer, semacam musik tradisional Yahudi dari Eropa Timur.

â??Gig pertama dengan band itu adalah di komunitas yang bertransaksi dengan sistem barter, pokoknya tidak menggunakan uang dan kami dibayar sayur-sayuran,â? kata Oki sambil tertawa.

Dengan Smozzle Tov, Oki sempat bermain di berbagai event yang berkaitan dengan multikulturasime, unity in diversity, gerakan lingkungan, dan anti-rasisme.

Oki Rahadianto (dua dari kanan) dengan pemusik lainnya di Newscastle (Kompas)
Oki Rahadianto (dua dari kanan) dengan pemusik lainnya di Newscastle (Kompas)

Mereka juga berkolaborasi dengan banyak musisi dari Afrika dan Asia. Selain itu Oki juga sempat bermain dengan band beraliran blues bernama The Masked Man yang menggunakan unsur teater untuk menghibur para penonton.

Oki paling terkenal di Newcastle sebagai pemain bass dengan band glam rock, Glam Slam, yang tampil konsisten hampir setiap akhir pekan di pub-pub di Newcastle. Glam Slam sering sekali masuk dalam lima pertunjukan top (top five gigs) di salah satu situs hiburan di Newcastle.

Namun Oki tidak langsung bergabung dengan band itu. â??Glam Slam adalah salah satu band yang sering saya saksikan penampilannya di The Wickham Park Hotel,â? kata Oki.

Sejak pertama menyaksikan Glam Slam, Oki langsung nge-fans. â??Mereka tampil dengan kostum yang seru dan kualitas musisinya juga bagus. Saya kenalan aja sama mereka saat break main. Selanjutnya saya sering datang ke show band itu.â?

Kesempatan datang waktu Oki dikontak oleh gitaris Dave Forbes saat mereka mencari bassist. Dengan senang hati Oki mengiyakan. Proses bergabung dengan mereka berlangsung sangat cepat dan lancar. â??Mereka kirim playlists sekitar 40 lagu dan jadwal main selama 6 bulan ke depan,â? kata Oki.

Oki Rahadianto bersama Glam Slam (Twitter)
Oki Rahadianto bersama Glam Slam (Twitter)

Karena Glam Slam adalah covers band, Oki memainkan lagu-lagu dari Queen, Bowie, The Sweet, Cheap Tricks, dan juga Skyhooks dari Australia.

Yang menjadi tantangan bagi Oki saat tampil dengan Glam Slam adalah kewajiban memakai kostum dan berdandan dengan karakter androgynous. â??Itu salah satu spirit dari era glam rock,â? jelasnya. â??Selain itu, saya harus memakai platform boots, make up, dan lipstick!â? lanjutnya. Oki yang tidak terbiasa memakai sepatu hak tinggi harus berlatih berjalan dengan platform boots selama beberapa hari.

â??Saya juga harus menciptakan karakter androgynous di panggung dan mengadaptasikan style bermain bassnya menjadi lebih nge-glam,â? imbuhnya.

Ke depannya, Oki ingin tetap menjadi musisi dan sosiolog. â??Sampai akhir usia,â? katanya.

Berikut adalah aksi Oki bersama band Byren.

https://www.youtube.com/watch?v=9Tufb4wbHL8

(tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.