Pemberitaan mengenai agama Gajah Mada dan nama asli Mahapatih Majapahit tersebut sempat menyeruak beberapa waktu lalu. Pasalnya, tak sedikit orang yang yakin jika Gajah Mada adalah seorang Muslim yang memiliki nama asli Syeikh Gaj Ahmada. Selain itu, kabar mengenai Majapatih yang merupakan kerajaan Islam juga tak kalah membuat heboh. Hal ini pun sontak langsung menjadi pemberitaan media dan jadi perdebatan di media sosial. Isu ini pun membuat masyakarat bingung. Bagaimana kenyataannya?
Nah, baru-baru ini kenyataan agama Gajah Mada dan fakta Majapahit terungkap. Arkeolog Universitas Indonesia, Hasan Djafar, seperti dilansir dari Kompas mengatakan, abhwa pada zaman Majapahit Islam memang sudah eksis. Artefak berbau Islam dari masa Majapahit ternyata memang banyak ditemukan.
Di Makam Troloyo, misalnya, terdapat lebih dari 100 nisan dengan hiasan tulisan Arab. Nisan itu berasal dari masa 1203 – 1533 Masehi. Artinya, sejumlah nisan ada yang berasal dari masa sebelum berdirinya Majapahit pada 1292. Ini berbeda dengan pandangan umum yang menyatakan bahwa Islam baru muncul pada akhir kerajaan itu.
Namun, meski artefak berbau Islam ditemukan, arkeolog tetap berkeyakinan bahwa kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Samudera Pasai, bukan Majapahit. Koin dengan tulisan Arab, nisan dengan kalimat syahadat tidak cukup menjadi bukti keislaman kerajaan yang berpusat di Trowulan itu.
Apalagi Majapahit sangat kental dengan corak Hindu-Buddha, tecermin dalam peraturan perundang-undangan dan sistem teologinya. Sepakat dengan pendapat Djafar, Arkeolog dan penulis buku “Catuspatha: Arkeologi Majapahit”, Agus Aris Munandar berkeyakinan bahwa Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha didasarkan pada sumber-sumber arkeologi yang sebenarnya punya peringkat tersendiri, data arkeologis berupa monumen, fitur, dan artefak bergerak. Selain itu, karya sastra yang sezaman dan yang lebih muda berada pada peringkat yang lebih rendah juga bisa menjadi bukti kuat. Hal lain yang bisa jadi sumber arkeologi adalah berita asing, legenda, mitos, dongeng, dan pendapat para ahli.
Identitas agama Gajah Mada dan Majapahit bisa dilihat dari prasasti dan hingga sistem pemerintahan. Gelar raja, misalnya, sudah bisa menjadi bukti bahwa Majapahit merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Sementara mengenai Raden Wijaya yang berketurunan Islam, ia ternyata bergelar Krtarajasa Djayawarddhana Anantawikramotunggadewa. Djayawardhana itu sudah jelas Hindu karena artinya keturunan Dewa Wisnu yang bertahta.
Identitas agama Majapahit juga bisa dilihat dari konsep dewaraja. Setiap raja di Majapahit memiliki dewa pujaan pribadi. Saat raja itu meninggal, dia diyakini akan bersatu dengan dewanya. Candi yang dibuat pasca meninggalnya raja itu akan dihiasi oleh figur sang raja yang digambarkan sebagai dewa pujaannya. Misalnya saja Tribhuanottunggadewi itu memuja Dewi Parwati, maka setelah meninggal diwujudkan sebagai dewa itu.
Nama pejabat tinggi dalam Majapahit juga menunjukkan corak Hindu dan Buddha. Misalnya, ada Dharmmadyaksa ring Kasaiwan dan Dharmmadyaksa ring Kasogatan. Kasogataan artinya Kebuddhaan. Tidak ada Dharmmadyaksa ring Muslimah atau lainnya. Bukti lain ialah penataan kota Majapahit yang memperhatikan letak gunung yang dipercaya sebagai tempat suci dan corak prasasti.
Seperti yang pernah ditulis di JadiBerita dalam artikel sebelumnya, soal surya Majapahit yang diklaim menjadi bukti keislaman kerajaan itu, delapan sinar yang ada pada lambang itu sebenarnya adalah tanda arah mata angin. Dalam kepercayaan Majapahit, tiap arah angin punya dewanya sendiri. Sinar Majapahit menjadi ciri khas candi-candi peninggalan Majapahit di mana corak itu dijumpai pada batu sungkupnya.
Agama Gajah Mada sendiri dipercaya adalah Buddha. Bukti penguatnya adalah catatan kitab Negarakertagama yang menyebut bahwa setelah pensiun, dia dianugerahi tanah Kebuddhaan yang bernama Madakarupira. Lokasi tanah itu berada di selatan Pasuruan. Nah, gimana JBers sudah yakin kan sekarang kalau Gajah Mada bukanlah Muslim?