Don't be Captious

Mantap, Mahasiswa UGM Raih Emas dalam Kontes Robot di Amerika Serikat, Membanggakan!

Hutomo Dwi
Hutomo Dwi
Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Kemampuan mahasiswa asal Indonesia kembali terbukti handal berkat keberhasilan Tim Robot UGM yang berhasil meraih prestasi dalam kontes robot internasional, Fire Fighting Home Robot Contest di Amerika Serikat. Dalam kompetisi robot tersebut perwakilan Indonesia meraih medali emas untuk kategori lomba robot berkaki atau fire fighting.

Dikutip dari laman resmi UGM, kompetisi tersebut berlangsung pada 7-8 April yang lalu di Oosting Gymnasium, Trinity College Ferris Athletic Center, Hartfort, Connecticut, Amerika Serikat. Di sana, tim robot UGM yang terdiri dari Atin Yudi Wibowo (Diploma Teknik Elektro Sekolah Vokasi UGM, sebagai Ketua Tim), Adien Gumilang (S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik UGM), Dani Setyawan (S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik UGM), Habib Astari Adi (S1 Elektronika dan Instrumentasi, Fakultas MIPA UGM) didampingi oleh Dekan Sekolah Vokasi, Dr. Wikan Sakarinto, selaku Dosen Pembimbing dan dan Dr. Rachmat Sriwijaya selaku Ketua Pembina Gadjah Mada Robotic Team, berhasil menunjukkan performa yang membanggakan.

Kontes robot di Amerika Serikat (TCFFHRC)

Tim robot UGM dalam kompetisi ini meraih dua gelar sekaligus untuk dua tim, yaitu tim Al Fatih dan tim 1-DA. Keduanya berkompetisi dalam kategori Fire-fighting Walking Division. Dalam kompetisi ini kedua tim diwajibkan untuk membuat robot yang bisa mematikan api di dalam rumah. Tantangannya adalah bagaimana membuat robot mampu menghindari berbagai rintangan yang ada di rumah seperti tembok, furnitur, hewan dan berbagai macam rintangan lainnya sebelum akhirnya bisa mematikan api.

Dekan Sekolah Vokasi UGM, Dr. Wikan Sakarinto, mengungkapkan bahwa pihaknya nggak menyangka akan berhasil meraih juara. Sebab robot berkaki yang diberi nama Al Fatih tersebut sempat mengalami masalah akibat pengelolaan bagasi pesawat yang kurang baik.

Wikan menceritakan bahwa koper berisi dua robot yang dibawa oleh tim nggak boleh dibawa ke atas kabin pesawat oleh petugas imigrasi Abu Dhabi. “Petugas imigrasi US di Abu Dhabi bersikeras melarang koper berisi robot masuk kabin. Meski ditempel stiker “Fragile” tetap tidak bisa memastikan koper kita terlempar, tertumpuk dan terbentur,” katanya.

Akibatnya, begitu tiba di Amerika Serikat, salah satu bagian robot ada yang patah. Tim pun merasa kecewa karena belum-belum sudah bermasalah. Akhirnya mereka menyiasatinya dengan menggunakan lem. “Saya menyemangati mereka, moga-moga lemnya membawa berkah. Sudahlah, pokoknya dilem dan dipanaskan dengan hair dryer. Saya minta anak-anak tetap pede buat tampil maksimal besoknya,” ungkap Wikan.

Kontes robot di Amerika Serikat (TCFFHRC)

Dalam kompetisi tersebut, tim robot UGM harus melalui tiga kali uji gelombang suara secara acak dengan kondisi robot menyala. Peraturan tersebut ternyata membuat para mahasiswa harus membongkar kembali sensor suara pada robot, padahal waktu yang tersisa sudah sangat terbatas. “Terpaksa bongkar pasang sensor suara, kita hanya membawa empat buah sensor dari dua robot. Idealnya enam sensor untuk dua robot. Hingga akhirnya kedua robot dinyatakan layak.” jelas Wikan.

Setelah melalui berbagai perjuangan, dan bersaing denga 60 tim lain dari Amerika Serikat, Kanada, Tiongkok, Ethiopia, Israel, Portugal, Uni Emirat Arab, dan negara lain akhirnya tim robot UGM berhasil menjadi yang terbaik. Menurut Wikan, prestasi ini patut untuk diapresiasi setelah melihat perjuangan para mahasiswa untuk bisa lolos dan meraih juara. Prestasi ini bisa menjadi kebanggaan bagi anak muda di Indonesia.

Trinity College Fire-Fighting Home Robot Contest (TCFFHRC) sendiri merupakan sebuah kontes robot yang telah diadakan sejak tahun 1994. Kini kontes ini diikuti oleh ratusan tim robot dari berbagai negara di dunia dan dari berbagai rentang usia.

Selamat untuk Atin Yudi Wibowo  dan timnya! (tom)

Latest article