Cerita nyata ini dialami oleh seorang wanita bernama Lina Palar. Pada tahun 1988, Lina dikenalkan kepada seorang pria Eddy Palar, yang tak lain adalah sahabat dari saudaranya. Mulanya Lina tidak memiliki perasaan kepada Eddy. Namun, setiap dekat Eddy, ia merasakan suasana nyaman. “Kalau lagi pergi berdua, dia sangat sopan.” ujar Lina, seperti dilansir Jawaban.com, Jumat (22/8/2014)
Seiring berjalannya waktu, perkenalan itu berlanjut ke hubungan pacaran selama empat tahun dan berakhir pada jenjang yang lebih serius, yakni pernikahan. Pada saat malam pertama, Lina justru menolak untuk melayani suaminya. “Saya selalu mencari-cari alasan untuk tidak berhubungan intim dengan suami.” jelas Lina
Lina mengatakan bahwa pernikahan mereka belum resmi karena belum mengadakan resepsi. Suaminya, akhirnya mengikuti kemauan Lina dan menunggu hingga perayaan resepsi diadakan. Namun, sesungguhnya penolakan Lina dikarenakan adanya trauma masa kecil. Itulah yang menyebabkan Lina menolak melayani Eddy.
Lina mengaku bahwa ia pernah mengalami pelecehan seksual oleh tetangganya sewaktu kecil. “Waktu kecil saya pernah bermain sendiri dan melihat rumah orang kaya. Penasaran, saya pengen melihat apa dalam rumah orang kaya tersebut.” aku Lina
Sesampainya di dalam rumah, pria itu pun langsung melepas celananya dan mengancam Lina untuk tidak memberitahukan perihal ini kepada siapapun. Lantaran takut, dia hanya bisa diam dan menuruti perkataan pria tersebut.
Satu tahun kemudian, resepsi pernikahan Eddy dan Lina di gelar. Dengan ini tidak ada alasan lagi bagi Lina untuk menolak suaminya dan menepati janjinya. “Mau engga mau saya harus menepati janji saya. Saya harus melakukan kewajiban saya sebagai istri untuk suami.” tandasnya
Lina mengatakan, saat malam pertama, dia seperti tidak mengenali Eddy. Malam pengantin itu benar-benar terasa hambar baginya. Lina justru merasa jijik yang kemudian memunculkan sifat amarah dalam dirinya. “Saya sendiri menyadari sifat jelek yang suka marah-marah”.
Dua tahun berlalu, Lina akhirnya divonis mengidap kanker rahim. Mendengar kabar itu, Lina dan Eddy tampak sedih. Namun, dengan setia Eddy merawat Lina yang saat itu lemah tak berdaya. Melihat ketulusan suaminya, Lina merasa bersalah karena telah menyia-nyiakan suami yang sangat baik. “Kalau saya lihat lagi, kasihnya sangat luar biasa, dia sangat penyayang.” ujarnya
Lantaran iba pada Eddy, Lina mengakui kesalahannya yang sering marah dan meminta maaf. Lina juga terbuka mengenai trauma masa kecilnya dan menceritakan semua. “Saya melihat suami tidak marah, dia mendengarkan saya.” ungkapnya
Pada tahun 2003, Lina pun menjalani prosedur pengangkatan rahim. Kala itu, Lina hanya bisa pasrah dan berdoa agar operasinya berjalan dengan lancar. Akhirnya, Tuhan mengabulkan doa Lina. Kini, Lina bisa menjalani kewajibannya sebagai seorang istri. “Tuhan memulihkan saya, sehingga hubungan saya dan suami menjadi lebih baik lagi, menjadi tidak hambar.” tutup Lina