Nama Joshua Wong mendadak tenar. Tak cuma di negaranya, Hongkong, tapi juga di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Usianya memang belum cukup untuk membeli minuman beralkohol atau mendapatkan surat izin mengemudi. Ditambah kaca mata tebal dan perawakan yang kurus, siapa sangka Joshua Wong yang berumur 17 tahun merupakan salah satu “otak” aksi massa terbesar di Hongkong sejak 1997 yang hingga kini masih berlangsung.
Remaja kurus berkacamata ini sekarang menjadi ujung tombak aksi protes warga Hongkong yang menginginkan hak demokratis untuk memilih pemimpin baru mereka tanpa intervensi Beijing. Keberanian dia menyuarakan aspirasi pro demokrasi pada Beijing rupanya tidak disukai pemerintah Tiongkok.
Bagi mereka Joshua yang bertubuh ceking diidentifikasi sebagai ancaman bagi stabilitas Partai Komunis. Tapi hal itu tidak membuat nyali ABG kelahiran Hong Kong, pada 13 Oktober 1996, ciut. Dia justru makin lantang menuntut demokrasi.
“Orang-orang tidak perlu takut pada pemerintah. Pemerintah-lah yang harus takut pada mereka,” kata Joshua, mengutip dialog film “V for Vendetta”.
Jejak pemberontakan Joshua terhadap pemerintah Tiongkok dapat dilacak sejak ia berusia 15 tahun. Kala itu Joshua muda mendirikan kelompok pelajar pro-demokrasi Hongkong bernama Scholarism. Dia memimpin tidak kurang dari 120 ribu orang dalam aksi protes yang berhasil membatalkan kurikulum baru sekolah pro-Komunis di Hongkong.
Dilansir dari CNN, Jumat (3/10/2014), Joshua berhasil meyakinkan beberapa kawannya untuk membuat sebuah gerakan untuk menentang penerapan kurikulum baru pro-Komunis.
Kemudian pada bulan Juni lalu, Scholarism kembali menyusun rencana mereformasi sistem pemilihan di Hongkong. Aksi protes itu berujung pada 511 orang ditangkap dan ditahan. Yang terbaru pekan lalu, Joshua kembali memobilisasi pelajar meninggalkan kelas-kelas, turun ke jalan mengirimkan pesan pro-demokrasi pada Beijing.
Aksi protes itu mendapat reaksi berlebihan dari polisi untuk membubarkan. Dari situlah mulai banjir dukungan luas dari publik Hongkong serta aktivis di seluruh dunia.
Polisi Hong Kong sempat menangkap Joshua pada tanggal 26 September lalu, dengan tuduhan menyusup kompleks pemerintah Hongkong saat dia memimpin demo ribuan pelajar Hongkong. Tapi pengadilan memerintahkan polisi membebaskan Joshua, dua hari setelah penangkapan.
Di balik sosoknya yang berani, ternyata Joshua didiagnosa menderita disleksia, yaitu kelainan neurobiologis yang membuat penderitanya kesulitan mengenali kata dengan tepat. Biasanya penderita disleksia akan mengalami kesulitan membaca karena kendala dalam mengeja dan menulis. Walau begitu penyandang disleksia disebut memiliki tingkat kecerdasan yang normal, bahkan di atas rata-rata. (tom)