Saat menjabat sebagai Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno kerap berpindah tempat dan menempati sebuah rumah di berbagai daerah untuk berlindung dari serangan musuh kala itu. Salah satu rumah yang pernah ditempati Soekarno adalah KRT Purbodiningrat.
Di rumah itu, Soekarno bersembunyi ketika agresi militer Belanda I tahun 1947-1948. Namun, ada cerita mistis pada rumah yang berlokasi di kota Yogyakarta itu.
Seperti dilansir Liputan6, Kamis (13/11/2014), rumah yang berada dii Jalan Patangpuluha Nomor 22, Yogyakarta ini pernah menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia. Ahli waris rumah itu, Amggrita Sallestiani menjelaskan bahwa rumah itu sempat digunakan untuk rapat dan koordinasi pemerintahan oleh Soekarno.
Lebih lanjut Amgrita memaparkan, paranormal bernama Leo Sumanto pernah menceritakan bahwa rumah itu memiliki aura mistis di dalamnya. Pasalnya, rumah tersebut pernah tidak terlihat oleh tentara Belanda. Ketika tentara Belanda akan menangkap Sukarno, mereka heran lantaran rumah yang dari jauh terlihat ternyata tidak ada.
“Leo Sumanto bilang pas zaman Belanda rumah ini jadi lapangan. Jadi pas pesawat lewat nggak terlihat rumah. Pas di depan rumah juga nggak terlihat ada rumah. Mereka pergi terusan padahal Sukarno ada di situ,” ujar Amgrita
Tak hanya tentara Belanda saja yang tak melihat rumah itu, salah satu keluarga pun juga mengalami hal serupa. Saat itu keluarga dari luar kota akan berkunjung ke rumah Purbodiningrat, namun ketika sampai di depan rumah, tiba-tiba tempat tinggal tersebut hilang.
“Ada keluarga datang pas depan rumah itu ternyata nggak ada rumahnya. Namun pas balik lagi, rumah itu terlihat lagi dan dapat masuk,” sambung Amgrita
Terkait hal ini, Amgrita menduga bahwa kemungkinan rumah KRT Purbodiningrat memang tidak terlihat oleh orang pada waktu-waktu tertentu. Namun selama bertempat tinggal di rumah itu, dirinya tidak pernah merasakan keanehan. “Ya mungkin ada waktu tertentu yang rumah itu tidak terlihat ya mungkin,” tandasnya.
Selama menempati rumah ini, Amgrita mengaku bahwa tempat tinggalnya itu masih dalam keadaan kokoh dan tahan gempa.
“Kokoh ya, pas gempa cuma genteng melorot dan jatuh kena internit. Itu aja lainnya nggak pernah. Ini luasnya 4.213 meter persegi. Dibangun 1938 semuanya masih asli termasuk lantai. Sekitar tahun 1938 baru jadi tapi ini kokoh loh. Cuma gempa itu melorot gentengnya dan semuanya masih asli.” tutupnya.
(nha)