Sebagai manusia, kita tak akan pernah tahu jalan hidup kita dikemudian hari bagaimana. Jalan hidup dan nasib seseorang memang sudah diatur oleh Sang Pencipta.
Namun kita masih bisa merubah nasib menjadi lebih baik dengan cara bekerja keras hingga mencapai keinginan terbesar yang selama ini dicita-citakan. Hal ini terjadi oleh pria bernama Firdaus Ahmad. Siapa sangka, Firdaus yang dulunya seorang kenek kini berhasil menjadi pengusaha di London.
Di sana, ia memiliki sebuah usaha yakni Nusa Dua Restaurant. Restoran ini berlokasi di sudut Dean Street 11, Soho, di jantung ibu kota Inggris itu. Bangunan tiga lantai ini satu-satunya restoran Indonesia di kawasan belanja dan tempat nongkrong anak-anak muda di sana.
Di sini, ia menjual menu khas Indonesia yakni nasi goreng. â??Sejak Presiden Barack Obama datang ke Indonesia, menu favorit di sini nasi goreng,â? kata pria yang akrab disapa Daus.
Selain nasi goreng, ada pula hidangan khas Indonesia yang disajikan di restorannya itu seperti ayam kremes, sayur asem, sambal terasi, tahu isi, soto ayam, tempe, dan kerupuk udang.
Restoran ini adalah buah kerja keras Daus selama 20 tahun. Awalnya, Daus tiba di London pada akhir 1981 dengan tiket pesawat yang dikirim saudaranya yang bekerja sebagai sopir di Kedutaan Besar Indonesia di London.
Tanpa pikir panjang, Daus pun nekat berangkat ke Inggris karena penghasilan sebagai kondektur angkutan kota Kampung Melayu-Bekasi kurang memadai kehidupan sehari-hari. Setibanya di London, Daus bekerja di restoran Indonesia sebagai pencuci piring
Tapi restoran ini tak berumur lama. Pasalnya, pemiliknya ketahuan mengakali pajak. Alhasil, Pemerintah mengambil alih dan menjualnya. Pembeli restoran itu adalah tukang masak asal Malaysia. Seorang pengusaha Singapura kemudian mendirikan Nusa Dua Restaurant.
Hebatnya, Daus diajak bergabung dan menjabat sebagai koki. Tapi perkongsian ini hanya bertahan tiga tahun. Pengusaha itu tak sanggup membayar cicilan modal.
Pada tahun 1991, Daus menikahi wanita cantik bernama Usya Suharjono. Ayah Usya adalah wartawan radio BBC seksi Indonesia. Usya mengikuti orang tuanya ke London setelah lulus SMA 2 Jakarta Pusat pada 1983. Daus punya ide mengambil alih Nusa Dua.
Usya maju sebagai negosiator dengan bank karena ia fasih berbahasa Inggris. Usya membujuk bahwa restoran itu merugikan RBS karena tak mendatangkan untung, sementara pajak tetap harus dibayar.
Daus meyakinkan mereka akan mengelola rumah makan dengan jaminan membayar cicilan 1.000 pound tiap bulan tepat waktu. â?Jika tahun pertama pembayaran tak jelas, bank silakan ambil alih lagi,â? katanya.
Ternyata, RBS menyetujui permintaan Daus. Sejak itu, Daus yang pegang kendali. Ia belanja, memasak, hingga melayani pembeli dilakukan seorang diri. Restorannya mulai untung dengan omzet 10 ribu pon (Rp 140 juta) setiap pekan. Dalam waktu enam tahun, utang 100 ribu pound akhirnya lunas.
Lantaran uang Daus yang sudah tak terhitung lagi, ia membeli sebuah rumah seluas 300 meter persegi seharga Rp 5,2 miliar di sudut jalan dekat sekolah anaknya. Tetapi, rumah mewah itu disewakan kepada pelancong asal Indonesia dengan tarif 19,5 pound semalam. Meski tak ada papan nama, orang tahu rumah bata merah di sudut jalan kompleks elite Colindale itu â?Wisma Indonesiaâ?.
Saat ini, Daus dan sang istri tinggal tak jauh dari hunian yang disewakan tersebut. Tercatat, Daus sudah memiliki tiga buah mobil bernilai fantastis. Meski telah hidup bergelimang harta di negeri orang, Daus tak melupakan Tanah Air begitu saja.
Ia selalu bolak-balik London-Bekasi untuk menengok keluarga besarnya di Jatiasih. Jika semua cita-citanya sudah terwujud dan buah hatinya mandiri, Daus berniat pulang kampung ke Bekasi dan membuat taman pendidikan agama untuk anak-anak miskin.
(nha)