Ketika Didi Petet Insaf di Preman Pensiun

Hutomo Dwi

Kebanyakan orang-orang, terutama anak muda, sudah tidak tertarik lagi untuk menonton sinetron. Selain ceritanya monoton, biasanya sinetron bakal dipanjang-panjangkan untuk kejar tayang, sehingga bisa dibilang tak kunjung tamat. Namun tidak demikian halnya dengan sinetron yang ditayangkan oleh RCTI yang satu ini. Sinetron itu adalah “Preman Pensiun”.

Sinetron ini bisa dibilang anti-mainstream dengan sinetron kebanyakan yang bercerita tentang cinta-cintaan atau perebutan harta. “Preman Pensiun” justru mengangkat sisi unik kehidupan preman. Dengan penggambaran yang yang apa adanya namun mengena membuat film ini cukup asyik untuk ditonton.

Dilansir dari Mamhtrosocom, Jumat (15/5/2015), sesuai dengan judulnya, sinetron ini berkisah tentang pensiunnya seseorang yang awalnya berprofesi sebagai preman. Adalah Kang Bahar (Didi Petet) sang bos preman yang tiba-tiba ingin berhenti dari dunia premanisme setelah istrinya meninggal dunia. Sebelum meninggal, istri Bahar berujar kalau dirinya akan menunggu Bahar di surga. Bahar pun tertegun dengan permintaan istrinya. Dengan keadaan masih terjun di lembah hitam itu, sulit bagi Bahar mewujudkan keinginan sang istri. Karenanya, Bahar memutuskan pensiun jadi preman.

Sinetron ini dinilai begitu dekat dengan kehidupan di masyarakat. Selain itu, kita bakal diajak melihat sisi lain dari preman yang ternyata juga sama-sama manusia seperti kita: bisa galak, bisa jenaka, atau bisa lemah lembut.

Selain jalan cerita yang unik, hal lain yang membuat â??Preman Pensiunâ? unik adalah pada latar pengambilan sinetron. Bertempat di Bandung yang memang terkenal dengan â??tanah belingâ? dengan segala pernik kota tersebut. Berbeda dengan film lain yang menggunakan Bandung sebagai set saja, â??Preman Pensiunâ? ini benar-benar menjadikan menjadikan para pemainnya benar-benar berbaur dengan kota tersebut. Diiringi musik khas Sunda seperti angklung dan seruling, menjadikan sinetron ini â??terasa bangetâ? Bandung-nya.

Sisi positif lainnya dari sinetron ini adalah sinetron ini mengajak kita untuk selalu menyayangi istri. Bahar sebagai pimpinan preman begitu sayang dengan istrinya. Saat istri sakit, dengan setia Bahar menemani, merawat dan menghibur istrinya. Demikian juga di salah satu episode, Bahar menghukum anak buahnya yang tega memukuli istrinya. Bagi Bahar, seorang istri adalah teman, pendamping setia suami, sehingga tidak boleh ada penganiayaan dan perbuatan kasar.

Di sisi lain, Muslihat juga sangat marah ketika anak buahnya ketahuan menggoda pedagang pasar. Bagi kelompok preman ini, salah satu aturan yang harus ditaati adalah tidak menyakiti istri, setia dengan istri dan tidak tergoda dengan perempuan lain. Penghormatan kepada istri sangat besar. Bahkan sosok Muslihat selalu makan di rumah meskipun dia selalu di jalanan. Dia lebih suka dadar telur dan kecap buatan istrinya dibandingkan makanan di luar rumah.

Terlepas dari sisi positif dan negatifnya, sinetron â??Preman Pensiunâ? bisa menjadi alternatif tontonan ‘langka’ di tengah menjamurnya sinetron asal tayang belakangan ini. “Preman Pensiun” menjadi tontonan yang ringan namun memberikan makna cukup dalam. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.
Banner Promo FXpro