Atasi Masalah Jakarta dengan Teknologi Crowdsourcing

Merna Arini

Seiring melesatnya perkembangan teknologi, maka tingkat pengguna internet pun semakin melejit. Penggunanya pun bermacam-macam, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Melihat kebiasaan berinternet ini, terutama bagi warga Jakarta yang sering disebut capital city of social media, Dr. Tomas Holderness dari SMART Infrastructure Facility University of Wollongong, Australia, memulai sebuah proyek riset teraplikasi yang menggunakan Twitter untuk menjadi solusi salah satu masalah utama perkotaan, banjir.

Dilansir dari centrotech.co, aplikasi yang dinamakan PetaJakarta ini menyediakan sebuah sarana bagi penduduk Jakarta untuk crowdsourcing informasi mengenai lokasi banjir. Bekerja sama dengan Twitter Inc., PetaJakarta dengan teknologi cognicitynya akan mendeteksi informasi banjir yang dikirimkan oleh para pengguna Twitter. Tidak hanya didukung oleh korporasi global, PetaJakarta juga bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, jadi selain mendapatkan informasinya melalui cara crowdsourcing, data yang terkumpul oleh BPBD DKI Jakarta juga dijadikan sebagai acuan.

Etienne Turpin, selaku principal investigator PetaJakarta menyatakan bahwa maksud utama diciptakannya PetaJakarta bukanlah untuk tujuan komersil, tetapi untuk membawa dampak yang positif serta berkesinambungan bagi masyarakat Jakarta. Etienne dan timnya ingin membangun sebuah sistem, atau software, yang yang dapat berjalan dengan sendirinya tanpa harus bergantung pada timnya. Jadi, masyarakat Jakarta akan tetap dapat memakai sistem pintar yang diciptakannya bersama Dr. Holderness bahkan setelah Etienne dan timnya melanjutkan proyek kota pintar ini ke daerah-daerah lainnya di luar Jakarta.

Besarnya dampak sosial yang diberikan oleh PetaJakarta tentunya menarik perhatian banyak pihak untuk turut serta dalam proyek tersebut. Tetapi, sebagai proyek non-komersil, bagaimanakah sebuah startup dapat berkolaborasi dengan PetaJakarta? Menanggapi hal ini, Etienne menyatakan bahwa PetaJakarta ingin bekerja sama dengan wirausahawan yang bersedia memberikan sistemnya secara open source. Prinsip open source ini jugalah yang dipegang oleh PetaJakarta, harapannya adalah agar pemerintah di kota-kota lain dapat menerapkan program yang serupa serta turut meminimalisir masalah perkotaan yang ada.

Sejak dioperasikannya PetaJakarta pada awal tahun 2015, sistem pintar ini tengah berfokus menyelesaikan masalah banjir, tetapi ke depannya, PetaJakarta ingin memperluas dampaknya dengan memetakan sampah. Mengapa sampah? Dengan menarik alur permasalahan banjir, Etienne dan timnya melihat sampah sebagai salah satu penyebab utama banjir di Jakarta. Untuk permasalahan sampah, PetaJakarta merasa bahwa solusinya bukan terletak pada pembiayaan infrastruktur dalam jumlah besar, tetapi penggunaan tool yang tepat serta manajemen yang efektif. Maka dari itu, PetaJakarta berencana menggunakan teknologi drone dan cognicity softwarenya untuk crowdsourcing informasi pemetaan sampah.

Semoga dengan adanya aplikasi ini, masalah-masalah ibu kota seperti banjir dan sampah dapat segera teratasi. So, bagi kamu warga Jakarta, apa kamu akan mencoba aplikasi ini?

(jow)

Bagikan:

Merna Arini

Buka jendela ilmu dengan membaca.