Penjara Geoje, Rekam Sejarah Konflik Korut dan Korsel

Merna Arini

Kamu pasti tidak asing lagi mendengar konflik Korea Selatan-Korea Utara. Konflik dua negara ini terus berkepanjangan hingga sekarang. Bagi kamu yang sedang atau akan pergi berwisata ke Korea Selatan, tak ada salahnya jika kamu mengunjungi Penjara Geoje yang sekarang dijadikan museum. Peninggalan sejarah ini bisa mengajarkan kamu untuk mengenal lebih lanjut tentang konflik diantara dua negara tersebut.

Kawat berduri yang mengelilingi museum penjara geoje (flickr.com)
Kawat berduri yang mengelilingi museum penjara geoje (flickr.com)

Penjara Geoje dikelilingi kawat berduri dan tembok tinggi yang dulunya pernah mengungkung kehidupan warga Korea Utara yang tertangkap pada tiga tahun masa konflik internal Korea. Tahanan terus bertambah hingga akhirnya mencapai angka 170 ribu. Mayoritas tahanan merupakan warga Korut dan sebagian orang Tiongkok yang menentang pasukan Amerika Serikat dan Korsel. Pasca penandatanganan kesepakatan gencatan senjata pada Juli 1953, para tahanan dibebaskan dan penjara pun ditutup.

Museum penjara Geoje dari depan (english.visitkorea.or.kr)
Museum penjara Geoje dari depan (english.visitkorea.or.kr)

Pada 1997, penjara tersebut kembali dibuka dan bertransformasi menjadi museum. Kini, penjara tersebut menjadi salah satu situs wajib bagi turis yang bertandang ke Pulau Geoje. Terdapat taman luas bagi pengunjung untuk bercengkerama bersama keluarga. Namun, ada pula tempat untuk belajar lebih jauh mengenai sejarah dan konflik Korea, peristiwa yang membelah Korut dan Korsel, bahkan berpuluh tahun setelah gencatan senjata.

Taman samping museum penjara Geoje (flickr.com)
Taman samping museum penjara Geoje (flickr.com)

Dilansir dari CNN, seorang turis mancanegara memberikan komentar, “Menakjubkan melihat beberapa sejarah bagaimana semua ini terjadi dan apa yang terjadi di tempat ini. Sangat menakjubkan datang ke sini, berjalan, dan melihat semuanya. Ini merupakan pengalaman yang sangat mengedukasi bagi saya.”

Bagi generasi muda Korsel, situs ini merupakan pengingat akan apa yang dialami oleh leluhur mereka pada era 1950-an.

“Menyakitkan bagi saya untuk memikirkan penderitaan selama perang. Ini membuat saya merefleksikan apa yang dialami oleh leluhur kami dan penderitaan yang harus mereka rasakan saat Korea terbelah,” kata salah satu turis mancanegara lainnya.

Helikopter yang digunakan untuk berperang (flickr.com)
Helikopter yang digunakan untuk berperang (flickr.com)

Melalui beberapa foto yang dipampang, para turis lokal seakan berkelana ke masa lampau dan merasakan penderitaan leluhurnya. Tak hanya perang secara garis besar, ada pula museum yang menunjukkan situasi penjara tersebut selama perang memanas.

Sementara itu, orang-orang di luar situs bersejarah tersebut menjalani kehidupan sehari-harinya seperti biasa. Hidup tenang dan berpikir tak akan ada lagi perang. Meskipun perjanjian gencatan senjata telah ditandatangani, kedua kubu Korea tersebut masih terus berseteru. Tak pernah ada perjanjian damai yang ditandatangani untuk mengakhiri konflik tersebut. Semoga dua negara tersebut cepat berdamai yah guys! (jow)

Bagikan:

Merna Arini

Buka jendela ilmu dengan membaca.