Yogyakarta yang identik dengan nuansa kerajaannya pada jaman dahulu ternyata meninggalkan banyak bukti menarik, salah satunya dengan rangkaian candi. Salah satu candi yang sering dikunjungi oleh warga Jogja bahkan mancanegara ialah Candi Sambisari. Candi Sambisari merupakan bangunan kuno dengan nilai sejarah tinggi sehingga pengelolaannya dilakukan langsung oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta.
Sejarah Penemuan Candi Sambisari
Pada pagi hari di tahun 1996 Karyowinangun mengalami kejadian langka ketika ia sedang mengayunkan cangkulnya pada area tanah persawahannya. Cangkulnya membentur sebuah bongkahan batu besar yang memiliki pahatan di bagian permukaannya. Karyowinangun beserta penduduk sekitar pun merasa heran dengan adanya batuan berpahat di sawah. Kemudian Dinas kepurbakalaan yang mendengar adanya penemuan batu, segera datang dan menetapkan area sawah tersebut sebagai suaka purbakala. Awalnya batu yang ditemkan itu diduga sebagai bagian candi yang mungkin telah terkubur di area sawah. Pada akhirnya dilakukan penggalian hingga menemukan ratusan bongkahan batu serta arca kuno. Dan memang benar adanya, bahwa batu tersebut merupakan komponen sebuah candi.
Akses Menuju Candi Sambisari
Bangunan candi yang terkubur ratusan tahun itu akhirnya kini bisa dinikmati. Jika aden dan enon hendak kemari, lokasinya berada di Dusun Sambisari, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman. Terhitung 10 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Tempat ini dapat dijangkau dengan berkendara melalui jalan Yogya-Solo sampai menemukan papan petunjuk tepat di utara jalan raya menuju candi ini. Kemudian ikuti jalan lurus sampai menemukan area Candi Sambisari. Inilah lokasi wisata yang mudah dicari dengan nilai sejarah tinggi.
Biaya Tiket Masuk Area Candi
Setelah sampai di TKP ( Tempat Kejadian Peliputan) tim Jadiberita mengarahkan pandangan ke area candi yang tampak kecil mungil plus jauh dari daratan yang dipijak, kok gitu sih? Iya soalnya Candi Sambisari ini berada 6,5 meter lebih rendah dari wilayah sekitarnya. Setelah menitipkan kendaraan di parkiran rumah warga. Kami segera membeli tiket masuk sebesar 2000 rupiah saja untuk orang dewasa sedangkan untuk anak â?? anak cukup 1000 rupiah. Setelah itu kami tssaaaah untuk meliput, memotret, menikmati, bahkan gulung â?? gulung di rerumputan candi asal gak malu aja haha.
Serba Serbi Candi Temuan Tahun 1966
Candi ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 812 â?? 838 Masehi, kemungkinan di masa pemerintahan Rakai Garung. Ada 2 buah pagar yang mengelilingi kompleks candi, dimana satu pagar telah berdiri sempurna, sedangkan pagar lainnya hanya ditampakkan sedikit. Di dalamnya terdapat 1 buah candi induk serta 3 buah candi pendamping. Selain itu juga ada pembatas berupa 8 lingga patok apda setiap arah mata angin.
Pada candi induk tampak unik karena tak memiliki alas sebagaimana candi di Jawa lainnya. Maka dari itu kaki candi berfungsi sebagai alas yang sejajar dengan tanah. Bagian kaki ini tampak polos tanpa hiasan maupun relief. Berbagai hiasan berupa relief baru dijumpai di bagian tubuh hingga puncak candi, jika dilihat sekilas seperti motif batik. Ketika menaiki tangga pintu candi, terlihat hiasan seekor singa yang berada di dalam mulut makara ( hewan ajaib pada mitologi Hindu) yang mengaga.
Jika aden dan enon ingin mengetahui detail mengenai candi, kunjungilah ruang informasi. Terdapat beberapa foto yang menggambarkan tahun 1966 saat kondisi awal candi ditemukan, proses penggalian serta rekonstruksi candi yang menghabiskan waktu selama 21 tahun lamanya. Termasuk beda â?? benda yang ditemukan saat penggalian, seperti arca dari perunggu yang saat ini disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala.