Sutradara Prancis Bikin Film Dokumenter Tentang Sejarah Perfilman Laga Indonesia

Bagi para penonton film Indonesia kebanyakan, nama Bastian Meiresonne mungkin masih asing di telinga. Tapi, film Indonesia bukan hal yang asing bagi Bastian Meiresonne. Bahkan, perkembangan perfilman Indonesia dianggap menarik bagi sutradara asal Prancis ini, hingga ia pun terdorong untuk memproduksi “Garuda Power: The Spirit Within”, yang merupakan film dokumenter tentang perkembangan film laga di Indonesia.

Garuda Power: The Spirit Within (Dikotomiko)
Garuda Power: The Spirit Within (Dikotomiko)

Saat ditemui pada pembukaan Festival Sinema Prancis 2015, Bastian mengatakan bahwa ketertarikannya kepada film Indonesia tumbuh sejak menyaksikan film “Berbagi Suami”, karya sutradara perempuan Indonesia, Nia Dinata.

â??Film Indonesia pertama yang saya lihat dan membuat saya melakukan sejumlah riset adalah ‘Berbagi Suami’ dari Nia Dinata. Ketika saya menyaksikan film itu di Cannes Film Market, saya ingin tahu lebih banyak tentang film Indonesia. Kenapa ada sutradara perempuan di negara muslim berbicara tentang poligami. Jadi saya pikir, mengapa saya tak tertarik menggali lebih dalam tentang itu,â? ungkap Bastian seperti dikutip dari Muvilacom, Selasa (8/12/2015).

Ia kemudian banyak melakukan riset tentang film-film Indonesia yang beredar di Eropa. Ia menemukan fakta bahwa film-film karya Nia Dinata, Garin Nugroho atau film-film arthouse Indonesia disukai oleh banyak orang di Eropa. Namun, saat ia bertanya kepada beberapa temannya yang notabene merupakan warga Indonesia, ternyata mereka mengaku belum pernah menonton film-film yang disukai banyak orang Eropa tersebut. Alasannya, film-film tersebut biasanya hanya tayang untuk pemutaran terbatas.

â??Lalu film apa yang ia saksikan, mereka bilang (film-film) Jaka Sembung dan Barry Prima. Jadi saya ingin mengetahui lebih lanjut tentang mereka. Dan saya mendalami hal yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya dari imajinasi saya dan jatuh cinta karenanya,â? lanjutnya.

Bastian pun kemudian banyak mencari tahu tentang film-film laga Indonesia tersebut. Namun, ternyata tidak mudah mendapatkan data yang ia inginkan. Untuk itu, ia pun merasa perlu untuk kembali menceritakan tentang keadaan film laga Indonesia yang kerap memasukkan unsur budaya, sejarah Indonesia dan kondisi politik Indonesia lewat film “Garuda Power: The Spirit Within”.

Garuda Power: The Spirit Within (Twitter)
Garuda Power: The Spirit Within (Twitter)

Dalam penggarapan film tersebut, Bastian turut dibantu oleh orang Indonesia yang mau berbagi tentang pegetahuan mereka soal film laga Indonesia. Salah seorang yang membantunya, yakni aktor laga senior Indonesia, Barry Prima. Alhasil, ia pun mampu menyelesaikan film yang berbujet sekitar 70 ribu Euro (sekitar Rp 1 miliar) dalam waktu 6 tahun.

“Garuda Power: The Spirit Within” mengangkat tema jejak sejarah perfilman laga Indonesia sejak masa awal diproduksi, yakni tahun 1930 yang ternyata terpengaruh oleh gaya silat Tiongkok. Kemudian, film laga Indonesia pun sempat mendapat pengaruh film-film James Bond, berbagai adaptasi komik superhero hingga suksesnya dua film “The Raid”.

Film dokumenter ini juga menyajikan banyak cuplikan film-film laga Indonesia. Mengenai hal ini, Bastian pun menjelaskan, â??Orang mengatakan bahwa saya bisa mengambil footage dan menggunakannya karena kalian nggak punya hak cipta. Kemudian saya bilang, tidak, saya harus punya hak ciptanya. Jadi saya membuat kesepakatan dengan lembaga perfilman. Saya harus membayar untuk mendapat hak cipta.â?

Film karya Bastian ini menjadi salah satu film yang tayang di Festival Sinema Prancis tahun ini. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.