Varian kuliner di Ranah Minang memang sangat beragam, termasuk juga sate. Jika selama ini Anda hanya mengenal sate daging dan sate ayam, maka di kawasan pesisir arah selatan Sumatera Barat ada kuliner sate lokan. Lokan merupakan hewan laut jenis kerang-kerangan (famili cardiidae). Bedanya dengan kerang, ukuran lokan jauh lebih besar dengan daging yang juga lebih tebal. Biasanya, sate memang lebih banyak dinikmati dengan potongan daging ayam atau daging sapi dan kambing. Nah, sate lokan sendiri menawarkan cita rasa yang berbeda dari salah satu kuliner khas orang Minang ini.
Sate lokan pun disantap dengan kuah sate Padang dengan potongan ketupat. Sate lokan memang unik, karena tidak banyak dijual di luar Sumatera Barat. Bahkan, di Ranah Minang sate lokan pun juga jarang ditemukan, selain di Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan. Kabupaten ini sendiri merupakan pemasok lokan terbanyak di Sumatera Barat. Dengan wilayah pantai terpanjang di Sumatera Barat, sepanjang 234 km di pinggir Samudera Hindia, mulai dari perbatasan dengan Kota Padang hingga ke perbatasan dengan Bengkulu, tidak heran jika Pesisir Selatan memiliki hasil laut yang melimpah, termasuk lokan.
Ampiang Parak, Kecamatan Sutera, merupakan salah satu daerah yang mempopulerkan sate lokan. Ada banyak warung yang khusus menjual sate lokan di daerah yang berada di perbatasan dengan Kecamatan Lengayang tersebut, berdiri tak jauh dari bibir pantai, yang siap menjamu Anda untuk berwisata kuliner khas daerah pesisir ini. Anda bisa menikmati sate lokan tersebut dengan hembusan angin laut yang sepoi-sepoi dari Samudera Hinda. Deburan ombak di pinggir pantai pun terdengar dengan jelas. Tidak jauh dari lokasi tersebut, ada kawasan wisata Pantai Pasir Putih yang berada di Kecamatan Lengayang.
Sate Makmur Bersama merupakan salah satu pionir sate lokan di kawasan ini. Untuk satu porsi, cukup membayar hanya Rp 10.000 dengan lima tusuk sate lokan. Tak menunggu lama, sepiring sate Padang dengan taburan bawang goreng di atas beberapa potong ketupat dan lima tusuk sate lokan disajikan di atas meja lesehan sambil duduk santai. Sajian itu telah disiram dengan kuah sate yang berwarna merah kecokelatan, khas kuah sate Padang. Benar-benar menggugah selera. Aroman sate lokan yang sedang dibakar pun dibawa oleh angin laut, yang semakin mengundang rasa lapar.
Bahan mentah lokan untuk usaha sate lokan ini sendiri dikirim dari daerah Muaro Sakai, Kecamatan Indrapura, masih di wilayah kabupaten yang sama. Hewan laut tersebut memang banyak ditemukan di muara sungai besar di daerah yang pernah memiliki salah satu pelabuhan sukses di Pantai Barat Sumatera pada zaman penjajahan Belanda dulu itu. Lokan hidup pada kedalaman lebih kurang 16 meter di bawah permukaan laut. Nah, menariknya, para penyelam yang mengambil lokan di kedalaman laut tersebut melakukan penyelaman sama sekali tanpa menggunakan alat bantu selam.
Bicara soal lokan lagi, sebenarnya hewan laut tersebut tak hanya diolah menjadi sate lokan. Masyarakat pesisir Sumatera Barat juga memasaknya jadi rendang lokan. Soal rasa, tidak jauh berbeda dengan rendang daging, kuliner khas Minang yang sudah mendunia. Bedanya, bahan daging sapi diganti dengan lokan. Sebagai penambah cita rasa kenikmatannya, rendang lokan ini juga dicampur dengan sayur pakis. Varian kuliner khas dari kawasan Pesisir Selatan yang kini sudah menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Sumatera Barat ini memang harus Anda coba, jika berkunjung ke Ranah Minang. (jow)