Siapa bilang orang yang berkebutuhan khusus tidak bisa menghasilkan sesuatu yang mendunia? Siswa di Sekolah Khusus Yayasan Pendidikan Padesan yang berlokasi di Pasir Tariti Rangkasbitung, Kabupaten Lebak berhasil membuktikannya. Mereka mampu memproduksi gitar dengan kualitas yang bagus, bertaraf kelas dunia.
“Kami menjual gitar kepada warga Amerika Serikat juga warga Eropa dengan harga Rp1,1 juta sampai Rp 5 juta per gitar,” kata Kepala Sekolah Khusus Yayasan Pendidikan Padesan Pasir Tariti Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Endang Warman di Lebak, seperti dikutip dari Okezonecom, Kamis (4/8/2016).

Produksi gitar tersebut sudah berlangsung tiga tahun terakhir. Pembuatan gitar ini sendiri dibuat melalui bimbingan Ariguna yang merupakan seorang guru keterampilan kerajinan kriya kayu-kayuan.
Selama ini, permintaan gitar produksi sekolah khusus cukup tinggi. Bahkan permintaan tersebut hingga menembus Amerika Serikat dan beberapa negara di Benua Eropa.
Selain itu juga banyak warga Jakarta, Bekasi, dan Padang telah memesan gitar ini melalui jejaring sosial Facebook. Namun, permintaan tersebut belum bisa terpenuhi karena pembuatan kerajinan gitar yang hanya menggunakan alat-alat manual. “Kami selama sebulan hanya membuat kerajinan gitar hanya belasan saja karena keterbatasan peralatan itu,” ujarnya.
Dia juga mengatakan, produksi gitar hasil siswa tunarungu Sekolah Khusus Yayasan Pendidikan Padesan Pasir Tariti Rangkasbitung memiliki keunikan tersendiri, selain mengeluarkan bunyi keras juga kayunya yang sangat lembut dan halus. Untuk itu, kerajinan gitar tersebut bisa bersaing di pasar internasional karena kualitasnya dan tidak kalah dengan produksi pabrikan.
Menurut dia, pelatihan kerajinan gitar bagi siswa tunarungu sangat mudah dan tidak mengalami kesulitan. Sebab kemauan siswa Sekolah Khusus Padesan yang sangat tinggi dan mereka terfokus untuk mampu membuat kerajinan tersebut. “Kami berharap kerajinan gitar dapat mendorong pendapatan mereka, sehingga bisa menyerap lapangan pekerjaan lokal,” katanya.

Ia menyebutkan, pembuatan kerajinan gitar ini menjadi pelajaran kemandirian bagi siswa Sekolah Khusus Padesan untuk mengembangkan minat dan bakat siswa. Pelajaran sekolah khusus tentunya berbeda dengan sekolah umum lainnya, karena siswa di sini sekira 70 persen ditekankan kepada keterampilan.
Saat ini, produk kriya kayu, selain gitar juga membuat alat permainan edukatif (APE). Sementara itu, Ariguna, seorang guru keterampilan di Sekolah Khusus Padesan di Pasir Tariti Rangkasbitung, Kabupaten Lebak mengatakan jumlah siswa di sini tercatat 45 orang, mereka terdiri dari siswa SD-LB, SMP-LB, dan SMA-LB.
Dari 45 siswa itu, sebagian besar merupakan kategori tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa. Metode pembelajaran di sekolahnya ditekankan pada bidang keterampilan, seperti kerajinan gitar dan APE, komputer, sablon, dan pencak silat.
“Semua alumni di sini rata-rata mereka hidupnya mandiri di tengah masyarakat dengan membuat aneka kerajinan,” katanya.
Maju terus produk-produk buatan Indonesia. (tom)