Tak hanya kaum cowok, kini semakin banyak kaum cewek yang berkarya demi kemajuan nusa dan bangsa. Salah satu kegiatan nyata yang mereka lakukan adalah menjadi founder startup di Indonesia, dan kemudian bisa menginspirasi cewek-cewek lainnya untuk berbuat serupa. Dilansir jadiBerita dari berbagai sumber, berikut adalah 5 cewek cantik founder startup di Indonesia.
1. Shinta Dhanuwardoyo
Shinta harus merelakan jabatannya sebagai CEO di Mojopia demi membuat startup BUBU.com, yang sebelumnya bergabung dengan agensi Bubu Ventures. BUBU ini sendiri bergerak dalam bidang Digital Agency. Tanpa background ilmu komputer atau teknologi informasi, Shinta justru mengembangkan bisnis digital agency. Dari merasa tertantang untuk dirinya sendiri, sekarang bisnisnya berkembang pesat. Ia ingin membawa Indonesia juga masuk peta digital dunia.
Awalnya Shinta ingin melanjutkan studi MBA di International Business di Portland State University. Tetapi karena masih punya tiga orang adik yang juga mesti dibiayai, ayahnya meminta ia mencari sokongan dana sendiri.
Lulusan arsitektur dari University of Oregon ini lalu mendapat pekerjaan di laboratorium komputer kampus, dan mendapatkan uang tambahan untuk melanjutkan studinya. Dari sinilah ia mengenal dunia internet yang tahun 1995 itu baru mulai bertumbuh. Shinta lalu merasa tertantang, jatuh cinta, dan kemudian memelajari seluk-beluk internet lebih dalam.
2. Diajeng Lestari
Diajeng Lestari merupakan founder dari startup HijUp.com, yang merupakan brand busana muslimah. Ternyata Diajeng ini merupakan istri dari Achmad Zaky, founder Bukalapak.com.
Terinspirasi oleh mata kuliah Management of Change yang ia dapat ketika mengenyam pendidikan S1, Diajeng Lestari bertekad untuk menjadi agen perubahan. Setelah memutuskan berhenti bekerja sebagai marketing researcher di sebuah perusahaan, alumni FISIP UI ini meneguhkan niatnya tersebut khususnya di ranah Islamic fashion.
Keputusannya ini bukan tanpa alasan, karena selain juga seorang muslim, Diajeng melihat potensi yang besar di ranah ini di Indonesia, yang notabene merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
3. Veronika Linardi
Veronika merupakan founder dari startup Qerja.com. Startup ini menyimpan database yang terdiri dari ribuat data gaji dan review tempat kerja dari sumber akurat. Jadi, kalau kamu mau memberi review tentang perusahaan tempat kamu kerja bisa langsung ke websitenya.
Menurut Veronika Linardi, mencari kandidat yang tepat untuk sebuah perusahaan bukanlah hal yang mudah. Awalnya hanya dari hobi membantu mencari kandidat yang tepat untuk perusahaan temannya, tanpa berniat untuk dijadikan bisnis. Ternyata hobi dan minat (passion) tersebut, dijalani sekian waktu dan pengalaman Veronika menjadi bertambah. Karena ada minat (passion), memiliki pengalaman dan ada kesempatan, maka terciptalah ide untuk membisniskan kegiatannya tersebut.
4. Aulia Halimatussadiah
Perusahaan startup Nulisbuku.com yang didirikan Aulia ini menyediakan jasa layanan penerbitan mandiri, alias online self-publishing print on demand. Aulia ingin membantu banyak orang untuk wujudkan impian menerbitkan buku. Dia punya tekad buat mewadahi para penulis.
Selesai kuliah S1 di tahun 2004, Ollie pernah bekerja di perusahaan penyedia jasa IT. Pada saat bekerja tersebut Ollie bertemu dengan seorang kawan bernama Angelina Anthony atau Angel. Keduanya memiliki hobi dan minat yang sama, dan memutuskan untuk bekerjasama. Keduanya menangani sebuah website kutukutubuku.com, sebuah toko buku online yang didirikan pada Februari 2006.
Ternyata dalam perkembangannya, kutukutubuku.com memperoleh hasil yang luar biasa dari pengguna internet di Indonesia. Singkat cerita Ollie memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan fokus mengurus kutukutubuku.com. Pada tanggal 8 Oktober 2010, Ollie bersama tiga rekannya, Brilian Yoteenega, Oka Pratama dan Angel secara resmi meluncurkan startup barunya yang diberi nama Nulisbuku.com.
5. Leonika Sari
Leonika mendirikan startup Reblood saat masih berusia 22 tahun. Startup ini bergerak untuk membantu orang agar cepat mendapat donor darah dan mengajak orang buat menyumbangkan darahnya.
Saat ditanya mengapa mendirikan Reblood, Leonika yang merupakan CEO Reblood mengungkapkan bahwa ini berkaitan dengan kurangnya stok atau persediaan darah di Indonesia. Selain itu banyak dari teman-teman yang kesulitan mendonorkan darahnya secara teratur. Dengan adanya Redblood, diharapkan di masa depan tidak akan ada lebih banyak orang Indonesia mati karena persediaan kantong darah tidak tersedia. (tom)