Ikut Olimpiade Fisika Tersulit Sepanjang Sejarah, Indonesia Sukses Raih Medali Emas

Hutomo Dwi

Indonesia kembali menorehkan prestasi membanggakan. Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) kembali berprestasi dalam Asian Physics Olympiad (APhO) ke-18 yang diadakan di Yakutsk, Rusia pada tanggal 1-9 Mei 2017.

Dalam kompetisi kali ini, ketujuh peserta dari Indonesia berhasil merebut satu medali emas, satu medali perak, dan lima Honorable Mention untuk ditambahkan ke dalam daftar panjang prestasi anak-anak tanah air.

Mereka di antaranya adalah Gerry Windiarto Mohamad Dunda dari SMAN MH Thamrin, Jakarta yang meraih medali emas dan Ferris Prima Nugraha dari SMAK Penabur Gading Serpong yang meraih medali perak. Sementara itu mereka yang meraih Honorable Mention adalah Faizal Husni (SMA Kharisma Bangsa Tangerang Selatan), Bonfilio Nainggolan (SMAN 48 Jakarta), Andrew Wijaya (SMA St Angela Bandung), Johanes Suhardjo (SMAK Frateran Surabaya), dan Irfan Zaky Harlen (SMAN 8 Jakarta).

Timnas Olimpiade Fisika (Kompas)

Prestasi ini juga menjadi semakin luar biasa karena APhO kali ini diakui oleh semua pimpinan tim sebagai yang tersulit sepanjang sejarah.

Hendra Kwee, PhD, selaku pendiri Yayasan Sinergi Mencerdaskan Tunas Negeri (Simetri) yang bertanggung jawab untuk membina dan memberangkatkan TOFI ke APhO 2017, menjelaskan bahwa APhO ke-18 terdiri dari dua tahap, satu soal eksperimen mengkarakterisasi sifat Photonic Crystal dan tiga soal teori, yang harus dikerjakan dalam waktu lima jam.

â??Jadi jangan dibayangkan kalau tiga soal itu pendek-pendek. Soal eksperimen itu 19 halaman dan masing-masing soal teori itu punya sub-pertanyaan lagi yang jumlahnya mencapai 50 sampai 60 pertanyaan,â? ucapnya seperti dikutip dari Kompascom, Rabu (17/5/2017).

Hendra lalu memaparkan lebih lanjut, soal nomor satu tentang vortex pada cairan super adalah salah satu penelitian yang mendapat hadiah Nobel pada tahun â??60-an. Jadi yang dikerjakan oleh anak-anak ini adalah permodelan yang lebih sederhana.

Ferris Prima Nugraha dari SMAK Penabur Gading Serpong meraih medali perak dalam ajang APhO 2017 (Twitter)

Sementara itu, topik soal nomor dua tentang tumbukan dua lubang hitam merupakan satu fenomena yang sempat menjadi perhatian media pada tahun lalu. Di soal nomor dua ini, para peserta diminta menjabarkan proses terjadinya tumbukan tersebut.

Soal nomor tiga membahas satelit yang setelah diluncurkan lalu dibiarkan begitu saja menjadi sampah antariksa. â??Nah, di soal nomor tiga ini, anak-anak diminta menganalisa bagaimana pengaruhnya terhadap medan magnet bumi,â? ujar Hendra.

Tingkat kesulitan APhO kali ini juga tercermin dari jumlah medali emas yang relatif sedikit, yaitu sebanyak 18 buah, dan batas nilai perolehan medali yang lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya, dari 38 pada tahun lalu menjadi 26 pada tahun ini.

Hendra menyampaikan, nilai seluruh tim relatif rendah dan negara yang langganan medali emas seperti Singapura tidak dapat sama sekali tahun ini. Jadi, dari situ bisa diketahui soal tahun ini tergolong lebih sulit. Pun dengan kemenangan ini, Indonesia telah meraih 32 medali emas, 22 perak, dan 49 Honorable Mention dalam APhO sejak tahun 2000. Selamat, Tim Olimpiade Fisika Indonesia. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.