Salah satu pendiri Microsoft, Paul Allen, memamerkan proyek pesawat terbang raksasanya yang sudah dibuat sejak 2011 lalu bersama Vulcan Aerospace. Pesawat terbang raksasa itu diberi nama Stratolaunch.
Stratolaunch memiliki lebar sayap 117 meter yang artinya melebihi lebar lapangan sepakbola. Bobot kosong pesawat ini mencapai 226.800 Kg dan jika diisi bahan bakar beratnya bertambah menjadi 589.670 Kg. Karena rentang sayapnya yang begitu lebar itu, pesawat ini meraih predikat sebagai pesawat terbesar di dunia.
.@Stratolaunch came out of the hangar for fuel testing. More pictures soon! pic.twitter.com/RCNgSpgG6W
— Paul Allen (@PaulGAllen) May 31, 2017
Tapi Stratolaunch belum siap mengudara, untuk sekarang ia masih terus diuji coba.
“Ini adalah pesawat pertama dari jenisnya, jadi kami akan rutin menguji serta memprioritaskan keselamatan pilot, kru, dan staf kami. Stratolaunch dijadwalkan akan melakukan demonstrasi pertama secepat-cepatnya pada 2019,” ujar CEO Stratolaunch, Jean Floyd, seperti dilansir dari USA Today, Kamis (8/6/2017). “Selama beberapa minggu dan bulan mendatang, kami akan melakukan pengujian di Mojave Air and Space Port,” lanjutnya.
Vulcan Aerospace sendiri merupakan perusahaan untuk membuat orbit bumi rendah (low earth orbit) yang lebih mudah dijangkau oleh berbagai wahana antariksa seperti satelit. Hal itu pula yang bakal menjadi peranan Stratolaunch kala sudah siap beroperasi nanti. Pesawat ini rencananya akan dipakai sebagai wahana ulang-alik untuk mengantar roket dan satelit ke ketinggian sekitar 9 ribu meter.
.@Stratolaunch initial rollout for testing drawing amazing global interest. Video & photos at https://t.co/KELrHuhfgt pic.twitter.com/RIs3iVcsU4
— Paul Allen (@PaulGAllen) June 1, 2017
Dari sana, roket kemudian akan diluncurkan dan mengantar satelit ke low earth orbit, sementara Stratolaunch kembali ke pangkalan dan mendarat. Karena sifatnya yang ulang-alik alias bisa dipakai kembali ini, Stratolaunch bisa menghemat biaya peluncuran satelit ke low earth orbit.
“Membuka akses (low earth orbit) mampu mendatangkan banyak keuntungan,” tulis Allen di LinkedIn setahun lalu. “Contohnya, kita bisa mengirimkan lebih banyak satelit untuk mengerti perubahan pola cuaca dan meningkatkan produktivitas agrikultur.”
Stratolaunch bukan satu-satunya pesawat yang dikembangkan untuk keperluan mengantar satelit ke orbit. Virgin Orbit dari Virgin Galactic juga membikin pesawat berbasis Boeing 747-400 berikut roket LauncherOne untuk tujuan serupa. (tom)