Salah satu raksasa Premier League, Arsenal, pernah berkunjung ke Indonesia pada tahun 2013 lalu. Saat itu, klub asuhan Arsene Wenger ini melakoni uji coba dengan tim gabungan dari para pemain yang berlaga di kompetisi Indonesia Super League (ISL), yang dinamakan Indonesia Dream Team. Jelas, tim Indonesia dikalahkan Arsenal dengan skor 0-7.
Meski kalah pada saat itu, namun Indonesia bisa sedikit berbangga hati. Pasalnya, Indonesia pernah memiliki pencapaian luar biasa dari sebuah klub lokal asal Surabaya pada tahun 1983 silam.
Dilansir dari Fourfourtwocom, Rabu (21/6/2017), faktanya adalah The Gunners pernah dikalahkan dengan skor 0-2 oleh Niac Mitra Surabaya di Stadion Gelora 10 November. Sebuah hasil yang cukup menarik dan sempat dihujani pertanyaan, sebab sebelumnya Arsenal menghancurkan klub lokal di Medan, VSP, dengan skor 3-0 dan kemudian menang atas VSPSSI di Jakarta dengan skor 5-0. Pihak Arsenal mengatasnamakan kelelahan (tiga laga dalam enam hari) sebagai faktor utama, namun apapun itu, hasil tersebut membuat Indonesia sedikit berbangga diri.
Ketika itu, nama klub asal London utara tersebut memang belum setenar sekarang, akan tetapi sejumlah nama terkenal dari tim nasional Inggris seperti Pat Jennings dan David Oâ??Leary sanggup menarik ketertarikan warga lokal dan membuat stadion dipenuhi oleh 30 ribu pasang mata.
Pada laga yang digelar siang hari, pasukan Terry Neil sejatinya menurunkan kekuatan penuh, di mana para pemain andalan seperti Oâ??Leary, Jennings, Kenny Sansom, Brian Talbot dan Graham Rix dimainkan. Akan tetapi, semangat para pemain Niac ternyata jauh lebih mengerikan.
Adalah Fandi Ahmad dan Joko Malis yang menjadi protagonis dalam kemenangan bersejarah tersebut. Fandi, yang juga legenda Singapura, berhasil membobol gawang Meriam London di menit ke-37, sementara Joko sukses memperdayai Jennings di penghujung bubaran.
Joko bahkan hampir mencetak dua gol, andai sadukannya tak membentur tiang gawang. “Saya sebenarnya bisa saja mencetak dua gol, tapi yang satu kena tiang. Gol bermula ketika Fandi Ahmad memberikan umpan terobosan kepada saya. Dan saat itu saya langsung berhadapan satu lawan satu dengan kiper. Mendapatkan kesempatan bagus, akhirnya saya lepaskan sepakan ke pojok gawang dan gol pun tercipta. Itu terjadi di menit ke-85,” kenang Joko seperti dikutip Vivabola.
“Saya sangat senang ketika itu bisa membobol gawang Pat Jennings. Arsenal adalah salah satu tim yang kuat di Liga Inggris saat itu. Mereka juga diperkuat banyak pemain bintang dan salah satunya punggawa timnas Inggris, Graham Rix.”
Ada beberapa fakta menarik mewarnai kemenangan Niac Mitra saat itu. Salah satunya adalah klub yang didanai oleh salah satu pebisnis Indonesia, Alexander Wenas, tersebut masih berusia sangat muda saat mengalahkan Terry Neil cs, yakni 4 tahun. Mereka juga sebelumnya tampil apik di ajang Galatama dan menjadi juara 40 hari sebelumnya.
Sayangnya, sejak kemenangan epik itu, klub asuhan Mohammad Basri tersebut tak lagi tampak tangguh di musim selanjutnya. Kepergian Fandi Ahmad ke Gronningen, Rudy Keltjes dan Joko Malis ke Yanita Utama menjadi faktor utama dari anjloknya performa klub yang sekarang bernama Mitra Kukar tersebut.
Di pihak Arsenal, tur ke Indonesia justru membuat mereka kewalahan menghadapi ketatnya Liga Inggris di musim itu. Tak ayal, Terry dan anak-anak asuhnya hanya mampu finish di urutan 10. Dan setelah musim yang cukup mengecewakan, akhirnya posisi Terry pun digantikan oleh Don Howe.
Meskipun tak menghasilkan dampak positif, tetapi kenangan akan perjalanan ke Indonesia selalu diingat oleh para penggawa The Gunners era tersebut. (tom)