Rasa peduli dan sikap saling membantu antarumat beragama harus selalu diterapkan sebagai wujud dari toleransi. Dalam setiap kesukaran, terutama dalam hal beribadah, selalu muncul kisah-kisah inspiratif di mana orang-orang yang berbeda latar belakang saling mengulurkan tangan, menyadari bahwa di atas segala berbedaan ada banyak hal yang sejatinya menyatukan sesama manusia.
Kisah tersebut dapat menjadi contoh untuk dapat kita terapkan dalam kehidupan. Karena, semua orang layak hidup tenang bahagia, tanpa memandang siapa mereka, dari mana mereka berasal, status mereka, dan agama mereka. Nah, sebagai cerminan toleransi, berikut JadiBerita rangkumkan 5 kisah heroik penuh inspirasi kerukunan antarumat beragama dari seluruh dunia. Semoga bisa menghangatkan hatimu, JBers!
1. Salat jumat di katedral.
Terlihat pemandangan tak biasa terjadi pada tanggal 14 November 2014. Di hari itu, sejumlah umat muslim menggelar sajadah di Katedral Nasional Washington, salah satu gereja yang terkenal di Amerika Serikat. Sajadah dibentangkan secara diagonal, agar jemaah menghadap kiblat tanpa melihat salib atau simbol-simbol Kristen di dalam rumah ibadah itu.
Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Pendeta Gina Campbell menyambut para jamaah, menyatakan Katedral Nasional Washington adalah ‘tempat ibadah bagi semua orang’. Para penyelenggara, yang berlatar dua keyakinan mengatakan, tujuan Salat Jumat tersebut adalah untuk menebarkan pesan perdamaian dan menentang penggunaan ajaran agama secara ekstrem. Kegiatan tersebut juga merupakan simbol bagi tiga juta Muslim di AS agar merasa diterima di negara yang mayoritas Kristen, serta bagi Muslim di negara-negara dimana mereka mayoritas, untuk menunjukkan kebaikan bagi pemeluk agama minoritas.
2. Gereja yang Bertetangga dengan Masjid.
Keindahan toleransi terpancar dari Skotlandia, Inggris. Gereja Episkopal St John di Aberdeen yang kuno dan megah terletak bersebelahan dengan Syed Shah Mustafa Jame Masjid yang berukuran lebih mungil. Saking kecilnya, masjid tersebut tak mampu menampung ratusan jemaah. Hingga luber ke jalanan.
Saat cuaca ramah, tak jadi masalah. Namun kala musim dingin yang disertai angin kencang, para jemaah terpaksa beribadah di tengah cuaca membekukan, di atas trotoar yang kasar. Melihat kondisi tersebut, Gereja St John membuka pintunya lebar-lebar bagi umat muslim yang ingin menunaikan ibadah salat. Lima kali dalam sehari. Dan terutama saat Salat Jumat. Pastur Isaac Poobalan menyerahkan sebagian aula gereja kepada Imam Ahmed Megharbi. Pastur tersebut mengatakan, jika ia tutup mata atas kesulitan yang dialami saudara umat muslim, imannya belumlah sejati.
3. Aksi Demonstrasi Membela Masjid.
Tahun 2015 terjadi demo besar-besaran di Bendigo di negara bagian Victoria, Australia. Demonstrasi anti-masjid juga digelar di sejumlah kota di negara bagian Victoria dan New South Wales. Sejumlah demonstran mempertontonkan kekerasan dengan merusak barikade polisi, melayangkan tinju, dan melemparkan molotov dalam aksi menentang pendirian masjid di kota mereka. Saat itulah Margot Spalding muncul. Perempuan pebisnis itu menggelar aksi tandingan, memimpin perjuangan melawan ‘intoleransi dan kebencian’ di Bendigo.
Ia mengatakan, demonstrasi anti-masjid harus dihentikan, sebelum itu menyebar ke seluruh Negeri Kanguru. Spalding mengumpulkan sejumlah tokoh masyarakat, pebisnis, dan pemuka agama. Dari pertemuan tersebut muncullah gagasan kampanye ‘Believe in Bendigo’. Kampanye ‘Believe in Bendigo’ juga menggelar piknik yang dihadiri ribuan orang. Ada sekitar 300 warga muslim di Bendigo. Beberapa dari mereka adalah dokter, dokter gigi, perawat, pekerja pabrik, dan mahasiswa. Mereka menggelar ibadah di ruangan sempit dan sesak di kampus La Trobe University.
4. PuASA DI Dalam Gereja di Gaza.
Lebih dari 500 muslim warga Gaza, Palestina itu mengungsi di gereja. Mereka melaksanakan salat lima waktu dan ibadah Ramadan di dalam gereja. Sejak perang melanda Gaza, seiring dimulainya Operasi ‘Protective Edge’ Israel pada 8 Juli 2014, penduduk wilayah tepi Laut Tengah itu dicekam teror roket dan invasi darat militer negeri zionis. Tak ada yang bisa menjamin, nyawa mereka masih menyatu dengan raga hingga Idul Fitri tiba. Umat Kristiani mengizinkan mereka beribadah.
Mereka sesama muslim beribadah, salat berjamaah. Di sinilah kasih antara umat Islam dan Kristen berkembang. Bahkan, seiring banyaknya pengungsi di Gereja Saint Porphyrius, ucapan salam ‘marhaba’ digantikan dengan ‘Assalamualaikum’. Sementara, pastor dan jemaat gereja berusaha menghormati tamu mereka yang beragama Islam selama Ramadan.
5. Balasan penuh cinta terhadap prasangka anti islam.
Kasus pembunuhan sadis yang menimpa seorang tentara Inggris, Lee Rigby, di jalanan Kota Woolwich, London menimbulkan kemarahan warga. Sentimen anti-Islam pun kian merebak, aksi demonstrasi massa English Defense League (EDL), ke sejumlah masjid, termasuk Masjid York pada 2013 lalu pun tak bisa terelakkan. Namun, alih-alih menanggapi dengan kemarahan atau kekhawatiran berlebih, para jemaah masjid kecil itu berkumpul, menyambut para demonstran dengan senyuman tulus.
Seorang anak kecil yang membawa poster bertuliskan, “Masjid York mengucapkan selamat datang pada siapapun yang mengutuk kekerasan ekstrem.” Jemaah masjid juga menyediakan teh, biskuit krim custard untuk para demonstran. Massa yang protes diundang masuk. Seperti dilaporkan Guardian, yang dilansir kembali oleh CBC News, ketegangan sontak mengendur kala itu. Bahkan potensi bentrok yang dikhawatirkan, berujung pada pertandingan persahabatan, jemaah masjid dan para demonstran main bola bareng. Luar biasa.