Tari Jaipongan: Simbol Pergaulan, Eksotisme dan Keceriaan Pasundan

Jowant

Tari Jaipongan diciptakan oleh Gugum Gumbira berdasarkan pola gerak tari tradisi Bajidoran atau Ketuk Tilu. Alat musik yang dipakai terbilang sederhana. Yaitu rebab, gendang, kulanter, ketuk dan gong. Gerak tari Jaipongan tidak kaku, luwes, cenderung erotis dan mengundang senyum. Bahkan sebagian penari kreatif menyelipkan unsur humor dalam gerakan mereka dan membuat penonton tertawa oleh aksi jenaka mereka.

Beberapa gerak dasar yang ada dalam tari Jaipongan adalah Ketuk Tilu, Ibing Bajidor, Topeng Banjet, Tayuban dan Pencak Silat. Gerak dasar tersebut telah ada sejak lama dalam kesenian rakyat. Oleh karena itu tari Jaipongan berkembang cepat sebagai media yang tepat dalam memperluas pergaulan masyarakat Pasundan.

Ilustrasi Tari Jaipongan

Seni Jaipongan pertama yang dikenal oleh masyarakat adalah tari Daun Pulus Keser Bojong dan Rendeng Bojong. Keduanya adalah jenis tarian yang dilakukan wanita dan tari berpasangan. Beberapa nama penari Jaipongan yang terkenal antara lain Eli Somali, Tati Saleh, Pepen Dedi Kurniadi dan Yeti Mamat. Sedangkan dari kalangan penyanyi ibukota kita mengenal nama Camelia Malik.

Pada awal kemunculannya, tari Jaipongan sempat diterpa kontroversi mengenai gerakan yang cenderung vulgar dan erotis. Beberapa media cetak pun ramai-ramai menyorot hal ini. Akibatnya bisa diterka, publisitas ini justru membuat nama Jaipongan makin dikenal. Termasuk nama pencipta tari, Gugum Gumbira.

Sampai akhirnya pada tahun 1980 tari Jaipongan masuk televisi dan disaksikan jutaan penonton. Seperti kita tahu, pada tahun tersebut TVRI stasiun pusat Jakarta adalah satu-satunya stasiun tivi yang ada. Efeknya benar-benar dahsyat. Makin banyak pertunjukan tari Jaipongan diadakan, baik di media televisi, acara hajatan maupun sambutan yang dilakukan Pemerintah

Perkembangan tari Jaipongan makin pesat saat berbagai aliran musik modern ikut berkolaborasi di dalamnya. Misalnya musik dangdut-jaipongan dan remix-jaipongan. Beberapa program televisi ajang pencarian bakat juga menampilkan talenta-talenta muda yang menjanjikan. Misalkan Rumingkang dari Bandung yang mampu menyihir sejumlah anak-anak untuk tertarik menekuni tari Jaipong lebih dalam lagi.

Pada tanggal 27 Desember 2010 Museum Rekor Indonesia mencatat rekor pagelaran penari Jaipong terbanyak. 7.424 penari penari dari Kabupaten Karawang menari Jaipongan secara kolosal di jalan Ahmad Yani dan di halaman kantor Pemkab Karawang. Peserta berasal dari TK hingga SLTA se-Karawang dan sejumlah sanggar tari yang ada disana.

Mudah-mudahan, ini adalah langkah awal yang bagus untuk mempertahankan eksistensi budaya Indonesia di mata turis mancanegara dan mencegah klaim bangsa lain terhadap seni budaya Indonesia.

Bagikan:

Jowant

Journalist at Weekend @jdbrta