Menyingkap Keangkeran Danau Kelimutu

Danau Kelimutu dalam bahasa setempat disebut juga Tiwu Kelimutu. Kata kelimutu berasal dari penggabungan kata “keli” yang berarti gunung dan “mutu” yang berarti mendidih. Danau yang terletak di kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini dikenal aneh karena memiliki tiga warna air danau yang berbeda, yaitu merah, putih dan biru. Warna tersebut bisa berubah-ubah sesuai perjalanan waktu. Masyarakat setempat percaya bahwa perubahan warna danau Kelimutu berhubungan dengan kekuatan gaib yang menjaga gunung tersebut.

Danau Kelimutu terdiri atas tiga bagian sesuai dengan warna – warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru disebut “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Sedangkan danau kedua berwarna merah atau “Tiwu Ata Polo” adalah tempat berkumpulnya arwah orang yang telah meninggal yang selama hidupnya suka berbuat kejahatan. Sedangkan danau berwarna putih disebut “Tiwu Ata Mbupu” adalah tempat berkumpulnya jiwa orang tua yang telah meninggal.

Danau Kelimutu via liputan6.com

Keanehan Kelimutu bukan berhenti di situ saja. Di balik keindahan perubahan warna-warni airnya, danau seluas kurang lebih 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik ini menyimpan kekayaan jenis flora dan satwa liar langka. Burung garugiwa atau dalam bahasa latin disebut Pachycephala nudigula adalah salah satu keunikan lainnya. Burung ini memiliki kepala berwarna hitam pekat. Sedangkan badan sampai ekornya memiliki perpaduan warna antara hijau dan kuning. Satwa ini tidak ditemukan di tempat lain.

Masyarakat sekitar danau percaya bahwa kicauan burung ini masih ada hubungannya dengan arwah leluhur yang mendiami danau. Setiap pagi terdengar suara kicauan yang berbeda-beda tergantung ketinggian lokasi tempat tinggal burung. Di ketinggian 1.400 meter terdengar 17 jenis kicauan. Makin tinggi lokasi, makin banyak kicauan yang terdengar. Dan keanehan terus berlanjut karena tidak seorang pun yang sanggup menangkap burung garugiwa. Hal ini dapat dipahami karena kemunculan burung tersebut hanya pada saat tertentu dan tidak bisa dipastikan.

Written by Alfath

Journalist at Weekend @jdbrta

Leluhur Orang Bali Aga, Penduduk Asli Pulau Bali

Sukarno, Soeharto, dan Seluk-beluk Gerakan 1 Oktober