Siapa yang tidak mengetahui tentang peristiwa Isra Mikraj? Umat Muslim di seluruh dunia pasti tahu tentang peristiwa itu karena diajarkan di dalam agama.
Isra dan Mikraj. Secara istilah, Isra artinya berjalan di waktu malam hari, sedangkan Mikraj adalah alat (tangga) untuk naik. Peristiwa Isra Mikraj terbagi dalam 2 peristiwa. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mikraj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Banyak yang menganggap peristiwa itu adalah sebuah peristiwa metafisika yang tidak rasional. Dimana kebenaran metafisika adalah kebenaran naqliyah yang tidak harus dibuktikan secara akal, namun lebih bersifat imani. Sehingga banyak orang yang meragukan kebenaran dari Isra Mikraj dengan menganggap Isra Mikraj sebagai sesuatu yang mengada-ada dan hanya berupa dongeng belaka.
Tapi siapa sangka dan bukan suatu kebetulan kiranya, jika kemudian Allah SWT pada awal abad ke-20 menciptakan seorang manusia bernama Albert Einstein, fisikawan ternama berbangsa Yahudi. Dengan Teori Relativitas miliknya, kebenaran fenomena Isra Mikraj menjadi rasional alias kebenarannya dapat dibuktikan secara nyata.
Untuk bisa memahami konsep relativitas waktu, kita harus memahami dulu yang dimaksud dengan Waktu (Time). Dalam fisika, waktu merupakan salah satu besaran pokok yang melambangkan periode atau interval yang bisa diukur secara pasti (satuan internasionalnya adalah detik). Kita tahu bahwa 1 hari terdiri dari 24 jam, 1 jam 60 menit, dan 1 menit 60 detik. 1 detik didefinisikan sebagai jumlah osilasi atom Cesium-133 (9.192.631.770 osilasi) pada jam atom. Dengan konstanta-konstanta yang terlibat ini, kita tentunya langsung menyimpulkan bahwa waktu memiliki nilai absolut (eksak) dan bukan merupakan besaran yang nilainya relatif terhadap suatu acuan tertentu.
Tetapi Einstein mengubah pandangan ini saat mengemukakan teori relativitasnya. Dilansir dari Guntursanjayacom, Rabu (18/3/2015), menurut Einstein, semakin besar kecepatan gerak suatu benda atau partikel, waktu akan berjalan semakin lambat bagi benda atau partikel tersebut. Saat kecepatannya mendekati kecepatan cahaya, waktu berjalan sangat lambat. Bagaimana kalau ada benda atau partikel yang bisa bergerak dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya? Waktu akan berjalan begitu lambatnya sehingga benda yang bergerak dengan kecepatan setinggi itu bisa kembali ke posisi awal dengan sangat cepat. Saking cepatnya, benda itu sudah kembali berada di posisi awalnya sebelum benda itu mulai bergerak.
Teori relativitas Einstein dapat dibuktikan dengan perjalanan ke ruang angkasa. Para astronot meninggalkan bumi menggunakan pesawat ulang-alik yang meluncur dengan kecepatan sangat tinggi. Jika mereka melakukan perjalanan selama 1 tahun di ruang angkasa dan kemudian kembali ke bumi, mereka bisa menemukan bahwa bumi mencatat waktu perjalanan mereka mencapai 10 tahun! Ini berarti dua orang atau benda yang bergerak dengan kecepatan berbeda akan mengalami durasi waktu yang berbeda pula. Dan Albert Einstein menambahkan bahwa apabila suatu benda melebihi kecepatan cahaya (v>c) maka benda tersebut akan kembali ke masa lalu, seperti yang terjadi dalam film “Interstellar”.
Inilah yang telah direfleksikan Buraq, hewan sejenis kuda bersayap sebagai kendaraan Nabi saat melakukan perjalanan Isra. Ketika memulai perjalanan yaitu dari Masjid Alharam (Mekkah), dengan daya kecepatan buraq (v>c), Nabi tidaklah mengarah ke masa depan, namun kembali ke masa lalu. Dan, melewati masa lalu itulah Nabi memberangkatkan perjalanannya. Hingga, seiring guliran-guliran waktu perjalanan itu, perjalananpun melaju ke titik waktu saat mana beliau baru memulai. Hingga, kesan yang ada pun seolah-olah Nabi melakukan perjalanan Isra Mikraj hanyalah sesaat.
Jadi dengan demikian, diduga Buraq yang dikendarai oleh Nabi Muhammad SAW memiliki kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya. Namun untuk alasan mengapa bisa secepat itu, hanya Allah SWT yang tahu, karena Dia yang telah menciptakannya dengan kebesaranNya. (tom)