Mahasiswa Universitas Brawijaya Temukan Tinta dari Daun Kering

Inovasi bukan hanya milik para pengusaha saja, tetapi juga milik para generasi muda. Di Universitas Brawijaya, ada dua orang mahasiswa yang berhasil menciptakan tinta yang terbuat dari daun kering. Unik bukan? Dilansir dari ciputra.com, Mochammad Wahyu Muharyanto (20) dan Regina Yolanda (20) yang merupakan mahasiswa jurusan Teknik Kimia Universitas Brawijaya Malang telah berhasil menciptakan tinta yang diberi nama “Eco Ink” ramah lingkungan yang berbahan dasar daun kering.

“Inspirasi tinta ramah lingkungan ini sebenarnya dari hasil penelitian karbon yang dibuat dari jerami, tapi jerami ini sekarang khan sulit didapat, sehingga kami mencoba dari dedaunan kering. Cara dan proses pembuatannya cukup simpel dan semua kami kerjakan di Laboratorium Sains Teknik Kimia di kampus, ” kata Yolanda.

Yolanda mengungkapkan lagi kalau inovasi tinta dari daun kering atau daun taman dengan ukuran medium yang dikarbonisasi atau di bakar tanpa oksigen untuk menghasilkan bubuk tinta. Selulosa dalam daun yang menjadi karbon merupakan bahan dasar yang digunakan sebagai tinta. Inovasi ini untuk memperoleh bahan ramah lingkungan.

Mochammad Wahyu Muharyanto dan Regina Yolanda (www.ampera.co)
Mochammad Wahyu Muharyanto dan Regina Yolanda (www.ampera.co)

“Kami memakai alat karbonisator untuk mengubah 20 gram dedaunan kering menjadi enam gram bubuk karbon sebagai bahan baku tinta. Prosesnya butuh waktu dua jam untuk mendapat bubuk karbonnya, kemudian karbon itu kami campur dengan aquades, resin, etanol sama propilen glicol,” ujarnya.

Untuk membuat tinta yang ideal, katanya, membutuhkan uji coba hingga enam kali. Suhu dan lama pembakaran harus disesuaikan karena jika suhu pembakarannya terlalu tinggi, daun akan hangus dan selulosa hancur.

Namun jika suhunya terlalu rendah, keringnya akan lama dan akhirmya selulosa juga hancur, bahkan saat sudah dibuat tinta warnanya menjadi abu-abu dan tidak pekat serta tidak tahan lama. Selain itu pembuatan Eco Ink harus menguji takaran komposisi yang sesuai untuk pencampuran bahan kimia dengan bubuk karbon. Tinta yang sudah jadi tersebut dijual seharga Rp 1.000 untuk satu botol ukuran lima ml.

“Untuk mendapatkan warna dan tekstur yang bagus, kami lakukan percobaan hingga lima kali, sebab jika komposisinya tidak pas warnanya jadi hijau, atau tintanya teroksidasi dan jadi pecah,” ucapnya.

Menurutnya, tinta yang dibuat terdiri dari dua macam, yakni tinta untuk kertas dan bisa dipakai untuk printer serta jenis lainnya merupakan tinta yang lebih pekat dan bisa dipakai untuk media plastik. Kelebihan tinta yang dibuat kedua mahasiswa tersebut adalah, selain ramah lingkungan untuk di daur ulang, juga tidak luntur meskipun terkena air. Namun, untuk saat ini tinta tersebut masih terus dimodifikasi agar bisa menyerupai tekstur tinta printer.

“Kami sedang berusaha memperbaiki tekstur agar serupa dengan tinta printer, sebab tekstur tinta yang kami buat masih seperti minyak, kalau tinta printer cair sekali. Sekarang kami juga sedang mengerjakan persiapan untuk hak cipta Eco Ink,” katanya.

Tinta ramah lingkungan Eco Ink buatan kedua mahasiswa itu berhasil meraih medali perunggu dalam ajang International Young Inventors Award yang diselenggarakan di Universitas Negeri Jakarta pada bulan Juni yang lalu. (jow)

Written by Merna Arini

Buka jendela ilmu dengan membaca.

Milkshake dengan Taburan Emas 22 Karat, Bikin Ngiler

5 Tokoh Film Animasi yang Berwajah Cute