Potret Lubang Buaya Dulu dan Kini, Tempat Dibuangnya Para Jenderal

Hutomo Dwi

Lubang Buaya kini (Buzztopics)

Bangsa Indonesia wajib menghormati jasa para pahlawan yang dahulu berkorban demi mencapai dan mempertahankan kemerdekaan. Mengenang pahlawan bangsa dapat dilakukan dengan banyak hal misalnya berziarah ke Taman Makam Pahlawan, datang ke museum-museum bersejarah, maupun ke lokasi-lokasi tragedi yang bisa membuat kita sangat ingat tentang mereka.

Tempat lain yang bisa dikunjungi JB’ers untuk mengenang jasa para pahlawan adalah di Lubang Buaya. Melalui peristiwa G30SPKI atau Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia, Lubang Buaya menjadi salah satu tempat yang dihormati dan selalu dikenang hingga kini.

Gerbang Monumen Pancasila Sakti (Eventseeker)

Mendengar nama Lubang Buaya, mungkin kamu berpikir bahwa di sana terdapat lubang yang isinya banyak buaya. Padahal kenyataannya bukan. Memang, penamaan Lubang Buaya itu masih berhubungan dengan buaya. Lubang Buaya ini merujuk pada sebuah sumur yang terletak di Jl. Raya Pondok Gede, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Nama Lubang Buaya berasal dari legenda buaya-buaya yang hidup di sungai dekat kawasan tersebut.

Monumen Pancasila Sakti (Detik)

Di sini pada saat ini terdapat Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila Sakti, sumur berdiameter 75 cm sedalam 12 meter tempat pembuangan korban dengan lampu merah menyala, museum diorama, dan sebuah ruangan berisi relik. Ada pula rumah yang dulu dijadikan untuk menyiksa bahkan membunuh 7 pahlawan revolusi. Sedangkan pengelolanya kini adalah Pusat Sejarah TNI dan instansi terkait.

Lubang Buaya (Tribunnews)

Menurut sejarahnya, ada total 7 orang yang menjadi korban pembuangan di Lubang Buaya. Yang telah tewas maupun masih hidup dibawa ke lokasi itu untuk disiksa hingga meninggal. Yang dibunuh di tempat adalah 3 orang petinggi TNI AD, yaitu Letjen Ahmad Yani, Mayjen MT Haryono, dan Brigjen DI Panjaitan. Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal Abdul Harris Nasution awalnya berhasil lolos beserta ajudannya bernama Andreas Tandean. Sedangkan yang masih hidup lainnya yaitu Mayjen S. Parman, Mayjen R. Suprapto, dan Brigjen Sutoyo.

Pengangkatan Jenazah di Lubang Buaya (Freewaremini)

Penyiksaan terhadap kelima orang yang masih hidup diawali karena keteguhan S. Parman yang tidak bersedia menandatangani Dewan Jenderal. Dewan Jenderal adalah sebutan untuk kelompok jenderal yang diisukan hendak berkhianat pada Presiden Sukarno dan pemerintah Republik Indonesia. Setelah disiksa, antara hidup dan mati, para korban diseret dan dimasukkan ke sumur Lubang Buaya. Tak sampai di situ, anggota PKI menembaki korban untuk memastikan mereka telah meninggal. Kemudian jasad mereka ditutup dengan sampah pohon karet dan sebatang utuh pohon pisang.

Lubang Buaya dulu dan kini (Kontrakomunisme/Teropongsenayan)
Diorama Lubang Buaya (Viva)

Untuk masuk ke Museum Lubang Buaya, tak perlu mengeluarkan biaya yang mahal. Kamu cukup membayar tiket masuk sebesar Rp 2.500 per orang dan biaya parkir mobil Rp 3 ribu untuk yang membawa kendaraan.

Diorama kekejaman PKI di Lubang Buaya (Takbir)

Suasana tegang dari peristiwa tragis oleh komunis di masa lalu menyisakan duka dan pencarian kebenaran hingga kini. Sudah selayaknya bagi penerus bangsa untuk mengenang, merenung, dan mendoakan para pahlawan kemerdekaan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Semoga JB’ers termasuk orang yang menghargai jasa para pahlawan. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.