Kemajuan teknologi membuat semuanya makin mudah. Hal ini juga berlaku dalam dunia perfilman. Berkat kemajuan teknologi, kini film-film, terutama film Hollywood, jadi bisa lebih indah dipandang mata dan terlihat nyata berkat visual efeknya yang memukau. Walaupun Indonesia belum memiliki bujet untuk membuat karya sinema sekelas Hollywood, namun faktanya, putra-putri tanah air ada yang terlibat di balik layar suksesnya film Hollywood. Berikut ini mereka yang berada di balik memukaunya visual efek film Hollywood.
Pertama ada pemuda bernama Denny Ertanto. Dia telah menjadi visual effect artist yang bekerja di bagian digital compositor. Dalam pekerjaannya tersebut, Denny Ertanto menyatukan cuplikan video hasil dari syuting live action dengan CGI. Selain itu, Denny juga bertugas mengganti layar hijau atau biru green screen/blue screen dengan latar belakang yang disediakan dari departemen lain.
Banyak judul film besar Hollywood telah ia kerjakan, seperti “War of the Planet of the Apes”, “Fantastic Beasts and Where to Find Them”, “A Monster Call”, “The Martian”, “Into the Woods”, “Pan”, “Cinderella”, “Hugo”, dan sebagainya.
Mengerjakan film box office Hollywood sejak tahun 2011, membuat Denny punya banyak cerita seru dan menantang, salah satunya pada “Fantastic Beasts”. Ia dan para rekannya mendapat kesempatan untuk menciptakan konsep beberapa Beast dalam film tersebut. Namun, tak hanya film spin-off Harry Potter itu saja yang seru, setiap film punya cerita menantang masing-masing.
“Semua film lain sama berkesannya dengan film ini, karena pada akhirnya, kerja keras yang kami kerjakan untuk berberapa detik di setiap adegan bisa dilihat dan dinikmati banyak orang di dunia,” tutur Denny.
Berikutnya ada cewek bernama Faza Amaly Suthon. Faza bekerja di bidang efek visual, tepatnya sebagai compositor. Faza bertugas menggabungkan seluruh elemen menjadi satu dan menambah efek-efek visual, sehingga membuatnya terlihat nyata di mata, misalnya menambah asap, api, batu jatuh, dan sebagainya.
Film-film sekelas “The Finest Hour”, “X-Men: Apocalypse”, “Pirates of the Caribbean: Dead Men Tell No Tales”, “Ghost in The Shell”, “Wonder Woman”, “The Mummy”, dan “Jumanji”, jadi beberapa judul yang pernah melibatkannya.
Pernah mencicipi rasanya kerja di industri Hollywood, tentunya membuat cewek kelahiran Surabaya tahun 1993 ini bangga. “Waktu melihat nama saya di credit, saya merasa sangat dihargai dan keren. Aku langsung foto dan share di Facebook, Snapchat, Path. Terus juga, satu keluarga aku suruh nonton filmnya dan nunggu sampai namaku muncul, hehehe,” ujarnya bersemangat.
Yang terakhir ada Samuel Ebijeser Simanjuntak. Cowok yang akrab disapa Sam ini bekerja sebagai seorang environment TD/artist yang bertugas membuat lingkungan digital dengan menggunakan komputer. Sederet film Hollywood pernah digarapnya, seperti “Wonder Woman”, “Suicide Squad”, “X-Men: Days of Future Past”, “Cinderella”, “Pan”, “Tarzan”, “The Martian”, “X-Men: Apocalypse”, dan “Murder on the Orient Express” yang tayang di bioskop Indonesia belum lama ini.
Seperti apa pekerjaan Sam? Ia mencontohkan, salah satu karyanya dalam film “Wonder Woman” adalah pembuatan pulau dan tebing yang ada pada adegan Gal Gadot berperang melawan tentara Jerman di pantai. Saat syuting, tebing-tebing dan pulau itu sesungguhnya nggak ada di pantai asli.
Cowok kelahiran Solo ini mengakui, keterlibatannya dalam dunia efek visual bermula dari kesukaannya dengan 3D Computer Graphics. Lulus S1, dia pun pergi ke Vancouver, Kanada, untuk belajar bidang ini lebih dalam. Setelah itu, Sam mulai bekerja di MPC untuk film-film besar, setelah 8 bulan di perusahaan berproyek serial TV sebelumnya.
Lebih lanjut, ayah satu anak ini menjelaskan, pengerjaan efek visual dalam satu film memakan proses yang begitu panjang dengan tim yang juga nggak sedikit jumlahnya. Karena itu, hampir 4 tahun bekerja di industri Hollywood, ia memahami, ketika namanya nggak selalu nongol dalam credit scene yang muncul di akhir film.
“Di beberapa film yang saya kerjakan, ada yang enggak masuk credit di akhir film, contohnya ‘X-Men: Days of Future Past’, ‘Cinderella’, ‘Tarzan’, dan ‘Suicide Squad’. Tapi itu sudah biasa karena terkadang kalau terlalu banyak vfx (efek visual) artisnya, jadi enggak masuk semua, soalnya klien masukin secara random hehehe,” jawab Sam.
Perjalanan karir seseorang memang nggak bisa diprediksi akan menjadi seperti apa. Tapi tiga kisah putra-putri bangsa ini patut menjadi inspirasi bagi kita yang memang memiliki mimpi luar biasa. Nggak ada kata nggak mungkin kalau kita percaya terhadapan kemampuan diri sendiri. Usaha dan kerja keraslah yang pada akhirnya akan membawa kita ke tempat yang kita tuju. (tom)