Mengunjungi Desa Nipah di Sumatera Utara

Hutomo Dwi

Semakin hari, bumi kita sepertinya semakin lemah dengan banyaknya polusi, serta terjadinya lapisan ozon yang sudah mulai menipis atau yang dikenal dengan istilah efek rumah kaca. Saat ini, industri pariwisata sedang mengalami perubahan pola demi mencegah dan meminimalkan dampak negatif dari efek rumah kaca. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menciptakan pariwisata yang berbasis pada kepedulian terhadap lingkungan.

Desa yang menerapkan kepedulian terhadap lingkungan itu salah satunya adalah Desa Nipah, yang terletak Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Desa ini merupakan salah satu bukti yang akan menunjukkan kepada Anda bagaimana sebuah keluarga kecil sukses mengubah pandangan masyarakat sekitar untuk turut mempedulikan dan ikut terlibat langsung untuk menjaga kelangsungan bumi tercinta ini.

Dilansir dari Yukpegi, Sabtu (12/7/2014), sebelum menjadi seperti sekarang ini, Desa Nipah dulunya tidak terawat. Namun berkat niat tulus dari para penghuninya, desa tersebut kini mulai berbenah dan berubah menjadi destinasi wisata mangrove terpadu yang pertama di Sumatera Utara.

Mangrove di Desa Nipah
Mangrove di Desa Nipah

Desa Nipah mempunyai luas sekitar 7 hektar. Desa ini dikelola oleh komunitas yang tinggal di sekitar lokasi wisata mangrove. Keelokan desa ini terletak pada basisnya yang dikirimkan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Di sana, para pengunjung bisa melihat pohon-pohon mangrove yang tertata dengan apik dan rapi. Selain itu, di sana juga terdapat penginapan yang dibuat di antara pohon-pohon mangrove.

Mangrove di Desa Nipah
Mangrove di Desa Nipah

Desa ini sangat cocok digunakan sebagai wisata pendidikan, pusat penelitian mangrove, dan wisata bahari. Pasalnya, selama ini objek wisata alam selalu didominasi dengan wisata pantai, wisata danau, wisata air terjun, kawah, gunung, atau pemandian air panas. Namun di Desa Nipah ini, Anda akan mendapatkan pengalaman baru berlibur di tempat wisata alam yang indah sekaligus menjadi tempat di mana sekelompok orang sedang berusaha membantu menyelamatkan kelangsungan bumi ini.

Untuk mencapai desa ini, Anda memerlukan waktu perjalanan sekitar 2 jam dari Medan, baik memakai kendaraan roda empat maupun roda dua. Senyum dan sambutan yang sangat hangat seperti keluarga yang sedang menanti kepulangan anaknya akan menyambut kedatangan Anda saat tiba di tempat wisata ini. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.