1. Terowongan Lampegan Cianjur
Terowongan Lampegan ini sangat bersejarah karena merupakan terowongan pertama yang dibangun oleh bangsa Belanda di tanah Pasundan. Terowongan ini dibangun pada kurun waktu 1879 hingga 1882. Dan terowongan ini pun menjadi terowongan tertua di Jawa Barat.
Belum ada informasi yang jelas mengenai penamaan terowongan ini. Dan di masyarakat pun beredar beberapa versi kenapa terowongan ini dinamakan Terowongan Lampegan. Versi pertama adalah dari masinis yang masuk ke terowongan ini dengan keretanya sering berkata, â??Lampen Aanâ?, yang artinya â??nyalakan lampuâ?.
Alamat : Desa Cibokor, Pasir Koneng, Cianjur, Jawa Barat. Terowongan ini berada 8 Km sebelum Situs Megalith Gunung Padang.
2. Terowongan Sasaksaat Padalarang
Terowongan Sasaksaat ini dibangun oleh perusahaan kereta api milik Belanda bernama Staatsspoorwegen (SS) yang berlangsung singkat yaitu hanya 1 tahun dan berkisar pada tahun 1902-1903. Terowongan dengan nomor Bangunan Hikmat (BH) 503 ini berada pada jalur antara Purwakarta dan Padalarang di Km 143-144. Terowongan Sasaksaat ini membelah perbukitan Cidepong, dan berada di antara Stasiun Sasaksaat dan Stasiun Maswati.
Terowongan Sasaksaat ini memiliki panjang sekitar 949 meter, dan hal itu pula yang menjadikan terowongan ini sebagai terowongan kereta terpanjang di Indonesia yang masih aktif. Sebenarnya Terowongan Sasaksaat ini masih kalah jika dibandingkan dengan Terowongan Wilhelmina yang berada pada jalur Banjar-Cijulang dan memiliki panjang 1.208 meter. Namun Terowongan Wilhelmina ini sudah tidak aktif sebagai jalur perlintasan kereta api di Indonesia. Karena Terowongan Wilhelmina sudah tidak aktif lagi, maka tahta sebagai terowongan kereta aktif terpanjang beralih ke Terowongan Sasaksaat ini.
Alamat : Kampung Sasaksaat, Desa Sumur Bandung, Kecamatan Cipatat, Kab. Bandung Barat.
3. Jembatan Sadu/Jembatan Oeroeg Ciwidey
Di sisa jalur rel kereta api Cikudapateuh (Bandung) â?? Ciwidey ini kini masih kita bisa lihat beberapa jembatan dan rel kereta yang masih utuh. Tapi sayang rel kereta itu telah terisi oleh semen dan menjadi sarana transportasi bagi warga sekitar yang sesekali dilintasi oleh pejalan kaki dan sepeda motor. Salah satunya adalah Jembatan Sadu.
Jembatan ini juga pernah digunakan lokasi syuting film Oeroeg (rilis internasional: Going Home) adalah film drama tahun 1993 yang disutradarai sutradara Belanda Hans Hylkema yang diadaptasi dari novel terkenal berjudul sama karya penulis Belanda Hella S. Haasse yang pertama terbit tahun 1948 di tengah masa-masa Perang Kemerdekaan Indonesia. Film ini didistribusikan oleh Yayasan Penyiaran Belanda Nederlandse Omroep Stichting (NOS) dan Jaringan televisi dan radio Belgia yang saat itu disebut Belgische Radio- en Televisieomroep Nederlandstalige Uitzendingen (BRTN).
Alamat : Desa Sadu, Jalan Raya Soreang â?? Ciwidey, Kecamatan Soreang, Kab. Bandung
4. Jembatan Cincin Ranca Goong Ciwidey
Jembatan dan rel kereta api dari jalur Cikudapateuh (Bandung) â?? Ciwidey ini lainnya adalah Jembatan Ranca Goong. Jembatan ini masih kokoh berdiri hingga kini. Sama nasibnya seperti saudaranya Jembatan Sadu, jembatan ini pun kini menjadi sarana transportasi yang sudah disemen dan bisa dilalui oleh pejalan kaki atau motor.
Sedikit berbeda dengan saudara kembarnya Jembatan Sadu. Jembatan Ranca Goong ini memiliki â??cincinâ? pada jembatannya, serta pemandangan yang sedikit unik karena membentang diatas persawahan dan perkebunan yang hijau, dialiri oleh sungai kecil dan di jembatan ini juga terdapat jembatan penyangga yang unik dan terlihat kokoh serta megah.
Alamat : Desa Sadu, Jalan Raya Soreang â?? Ciwidey, Kecamatan Soreang, Kab. Bandung
5. Jembatan Ompong Andir Ciwidey
Jembatan ini dikatakan Jembatan Ompong karena bentuknya yang masih bolong-bolong dan belum di semen seperti jembatan lainnya di sekitar Jalan Raya Soreang-Ciwidey. Jembatan ini berada di Desa Andir, Ciwidey. Maka dari itu jembatan ini dinamakan Jembatan Ompong Andir Ciwidey.
Alamat : Desa Andir, Jalan Raya Soreang â?? Ciwidey, Kecamatan Soreang, Kab. Bandung (Belakang Pom Bensin Ciwidey)
6. Jembatan Cincin Cikuda Jatinangor
Jembatan ini pada awalnya dibangun oleh Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf, sebuah perusahaan kereta api milik Belanda pada tahun 1918. Pada masa itu jembatan ini menjadi salah satu roda penggerak perkebunan karet terbesar di Jawa Barat dan setiap pagi hari hasil bumi dari Tanjungsari dibawa melalui jembatan ini untuk dijual di Rancaekek.
Sebenarnya tanah di atas jembatan ini bukanlah milik Belanda, melainkan diklaim secara paksa karena pada saat itu, Indonesia masih daerah jajahan Belanda. Warga setempat pada waktu itu tidak bisa berbuat banyak karena takut akan dibunuh. Akhirnya, pembangunan Jembatan Cincin diperbolehkan oleh warga sekitar, dengan syarat, tidak mengganggu komplek permakaman yang ada di bawahnya. Setelah mencapai kesepakatan, Jembatan Cincin pun dibangun.
Alamat : Desa Cikuda, yang berada tepat disamping fakultas FIKOM, kampus UNPAD Jatinangor. (jow)