Siapa bilang di Bali tidak ada tradisi Lebaran yang seru? Meskipun di Pulau Dewata mayoritas penduduknya beragama Hindu, umat Islam di Bali punya tradisi Ngejot.
Ngejot adalah tradisi khas Lebaran di Bali. Dalam tradisi itu, umat Islam memberikan makanan kepada tetangga sebagai rasa terima kasih. Umat Hindu biasa melakukannya saat merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Nah, umat Muslim di Kampung Islam Kepaon, Denpasar Selatan atau di Muslik Pegayaman di Kabupaten Buleleng, melakukan Ngejot kepada warga dan kerabat dekat menjelang atau pada Hari Raya Idul Fitri.
Jika warga Hindu ngejot makanan berupa urab, lawar, daging babi, maka umat muslim ngejot makanan khas Lebaran, seperti opor ayam. Ketua Takmir Masjid Al Muhajirin Kampung Islam Kepaon, Ikhsan Ibrahim, mengatakan tradisi Ngejot hingga kini masih lestari, khususnya komunitas Muslim yang bermukim di daerah pedesaan.
“Tradisi Ngejot bagi umat Muslim di Kepaon, sebagai wujud kerukunan antarumat beragama sehingga tetap mesra dan harmonis, hidup berdampingan satu sama lainnya,” kata Ibrahim seperti dikutip dari Detikcom, Selasa (13/6/2017).
Tradisi ini dapat menjadi potret toleransi antar-umat beragama di Pulau Dewata. Makanan-makanan tersebut tak hanya diberikan kepada sesama muslim namun juga diberikan kepada mereka yang beragama lain seperti Hindu, Nasrani dan pemeluk agama lainnya.
Tidak hanya Ngejot, selama Ramadan masih ada tradisi yang menarik yaitu Megibung. Ini adalah buka puasa dengan makan bersama dalam satu nampan. Megibung ini juga tradisi turun-temurun warga Kampung Islam Kepaon di hari 10, 20 dan 30 hari puasa. Dijelaskan Ibrahim, makna dari Megibung ini adalah berbagi kebersamaan di antara warga.
“Maknanya adalah kebersamaan, jadi tidak hanya khusus untuk warga di kampung sini, kami juga menerima para musafir dan mereka yang berkunjung untuk ikut megibung,” ujarnya.
Kegiatan Megibung di Kampung Islam Kepaon ini dimulai menjelang bedug tanda berbuka puasa berbunyi. Satu persatu warga berdatangan ke Masjid Al-Muhajirin. Mereka berkumpul di teras masjid sembari menunggu datangnya waktu berbuka puasa. Saat waktunya tiba, kolak dan berbagai jajanan pun dibagikan.
Usai menyantap kolak, warga pun bersiap mengikuti salat maghrib. Setelah salat, barulah warga melakukan makan bersama dengan cara Megibung. Semua berbaur, ada Melayu, Bugis, Palembang maupun dari Bali sendiri. Mereka berkelompok 4-5, orang kemudian dibagikan makanan dalam nampan dan mereka makan bersama.
Semoga potret keharmonisan antara umat Islam dan Hindu ini terus terjalin sampai kapan pun, dan semoga saja keharmonisan ini juga terjalin di semua tempat di Indonesia. (tom)