Tak hanya di Indonesia saja, rupanya lezatnya kuliner bakso sudah menggema hingga ke Negeri Ginseng, Korea Selatan. Bakso yang meraih popularitas tertinggi di Korea Selatan adalah Bakso Bejo Korea.
Bakso Bejo Korea, dari namanya kita bisa menebak ini milik orang Indonesia atau WNI. Subandi (42), ialah orang asal Lampung yang ada di balik tersohornya bakso di Korea Selatan. Mantan TKI ini berhasil melewati masa kritisnya sejak masih bekerja menjadi buruh, jatuh bangun menjual bakso, hingga kini memperkerjakan banyak WNI di perusahaan baksonya.
“Wah pahit getirnya sudah kenyang, mulai gak ada yang percaya sama bakso, gak laku, modal habis, sampai harus banting tulang kerja pagi ke pagi,” ujarnya seperti dikutip dari Kompascom, Senin (24/7/2017).
Namun kini nama Bakso Bejo Korea sudah populer di puluhan kota di Korea Selatan. Rumah produksinya rata-rata mengabiskan dua kuintal daging, bahkan jika musim libur di sana bisa memotong tiga sapi hanya untuk satu hari pembuatan bakso.
Penikmatnya bisa mendapatkan bakso ini dengan tiga cara, membelinya secara online, datang ke kedai dan memakannya langsung, atau membelinya saat masih mentah di berbagai toko dan resto Indonesia yang tersebar hingga sudut Negeri K-Pop tersebut.
“Toko waralaba itu, ada yang pesen 30 kilo sampai ada yang 100-an kilo bakso untuk seminggu,” terang Subandi.
Itu belum yang di online, website bejokorea.com dan media sosialnya menjadi unjung tombak penjualan. Ragam bakso siap saji maupun kemasan dijual disana. Ada bakso beranak, bakso urat, bakso telur, dan olahan daging lainnya.
Kini websitenya tidak hanya menjual bakso, tetapi kebutuhan sehari-hari hingga obat dari Indonesia. Ia menjadi importir barang Indonesia, tujuannya agar WNI di Korea bisa menikmati apa pun dari Indonesia dengan harga yang terjangkau dan mudah dikontrol.
Sedangkan gerai offline-nya, berpusat di Pocheon dan tiga kota besar di Korea Selatan, yang merupakan basis 38 ribu WNI.
Menurut Subandi, kunci suksesnya adalah terus belajar dan bangkit dari kegagalan. Seperti resep baksonya, melalui proses coba-coba. â??Saya minta teman-teman mencicipi, sampai ketemu rasa yang pas. Sesudah itu baru promosi melalui media sosial,â? kata Subandi. (tom)