5 Pelajaran Berharga yang Bisa Kamu Petik dari Film Dilan 1990

Dilan (Tribunnews)

Euforia film Dilan 1990, begitu luar biasa. Bak virus, kalimat-kalimat pamungkas Dilan, seperti “Jangan rindu, berat, kamu gak akan kuat, biar aku saja” berseliweran di media sosial dengan aneka kreasi ala warganet Indonesia.

Ada yang suka hingga menontonnya berulangkali, ada pula yang mencibir meski sebatas menyaksikan trailernya saja. Namun, suka tidak suka, film adaptasi novel karya Pidi Baiq ini telah ditonton oleh 4.000.000 orang dalam dua minggu masa penayangannya. Fantastis bukan?

Lepas dari itu semua, setidaknya ada 5 pelajaran berharga yang bisa kamu petik dari film yang diperankan oleh Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan dan Vanesha Pricillia ini.

1. Dilan mengajarkan bahwa tak menyukai, bukan berarti membenci

Dilan (bookmyshow)

Sosok Dilan menjunjung tinggi cinta dan persaudaraan. Dalam sebuah adegan dengan latar telepon umum di suatu malam dengan suara Milea di seberang sana, Dilan bercerita tentang Susi, ketua genk cewek tajir yang naksir berat pada dirinya.

Dilan menjelaskan -dengan gaya manisnya tentu saja- kepada Milea yang cemburu buta padanya lantaran mendapat laporan bahwa dirinya berboncengan dengan Susi. Nyatanya, dia hanya sebatas membantu Susi. Kata Dilan “Tidak menyukai, bukan berarti membenci bukan?”

Milea? Sudah tentu tak jadi marah.

2. Meskipun anak nakal yang doyan geng-geng-an, Dilan tetap lembut kepada wanitanya, Milea.

Dilan (Falcon Picture)

Bagi kamu yang sudah menyaksikan film ini, mungkin turut merasakan bagaimana lembutnya Dilan saat merespon Milea yang melarangnya ikut-ikutan berantem dengan gengnya.

Di hadapan kawan-kawannya yang saat itu tengah mengatur strategi dan siap bertempur, Dilan, luluh saat Milea mengajaknya berjalan bersama. Terlepas dari chemistry yang kuat antara Iqbaal dan Vanesha, sosok lelaki lembut seperti itu memang idaman.

Buat para cewek-cewek yang nonton sama pacar, pasti ingin memberi pesan “Cowo tuh mestinya begitu”, bukan?

3. Film Dilan memberi pesan kepada para pengajar agar tidak main kekerasan

Dilan (Instagram)Tak hanya soal percintaan, Dilan juga memberi tamparan bagi para guru agar tidak semena-semena. Memberi pelajaran pada yang nakal, boleh saja, tapi jika sampai berlaku kasar padahal siswanya tak melakukan kesalahan besar, mungkin perlu dipikirkan kali.

Oh, iya, meski tak dikisahkan sepenuhnya, Dilan nyatanya sosok yang pintar. Dia bahkan mewakili kelasnya untuk ikut seleksi cerdas cermat. Meski sengaja mengalah karena malas ikut ke Jakarta. Aneh? Tentu saja, namanya juga Dilan.

4. Tak ada salahnya menjadi anak mama.

Ilustrasi Milea bertemu Bunda Dilan (Twitter @pidibaiq)

Kecintaan Dilan kepada sang Bunda, baik dalam film apalagi dalam novel, nampak begitu jelas. Dia menghormati sekaligus menggangap sang Bunda sebagai sahabat. Gimana engga, nakal-nakal begitu, Dilan curhat soal Milea ke Bunda. Meski dibumbui cerita-cerita ngaco, seperti Milea doyan makan lumba-lumba.

Selain menambah kedekatan, dengan menjadi anak mama, siapa tahu mama-mu bisa memberi solusi, dan semakin mempermudah mendapat restu dalam hubungan percintaanmu. Jadi, gak ada salahnya, kok, jadi anak mama.

5. Menikmati masa muda itu penting, sepahit apapun itu akan terkenang indah di masa tua

Iqbaal dan Vanessa (instagram)

Puncaknya, Dilan tampak begitu menikmati masa mudanya. Pacaran, nakal, belajar, dan menjalin persahabatan (a.k.a geng-gengan).

Bagaimana pun akhir hubungan Dilan dan Milea, sepahit apapun persahabatan Dilan dengan Anhar, toh ia tetap bisa mengenangnya ketika tua. Bahkan, sampai bisa menjadi buku. Karena konon ini merupakan kisah nyata.

Begitu juga dengan kamu, JBers, mumpung masih muda, nikmati dengan cara kamu sendiri tapi tetap produktif seperti Dilan dengan aktif membuat karya sastra. Jangan menjadi tua dengan sia-sia, ya!

(rei)

Written by Linda

fun-writer. joy-reader!

Jangan Cokelat Terus, Ini 5 Kado Valentine Alternatif yang Terbaik untuk si Dia

5 Pantai Tersembunyi dengan Pemandangan Memukau yang Ada di Indonesia, Bikin Hati Tenang